Alt Title

Jutaan Gen-Z Nganggur, Potret Buram Masa Depan Generasi

Jutaan Gen-Z Nganggur, Potret Buram Masa Depan Generasi

 


Meningkatnya angka pengangguran akan membahayakan terutama pada masalah finansial

Hal ini, bisa menjadi bom waktu terkait bonus demografi di masa depan

________________


Penulis Ani Yunita

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Penggiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Generasi muda adalah penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kehidupan. Di usia muda lebih produktif dengan energi dan semangat yang masih menyala. Semestinya, banyak menciptakan inovasi yang dihasilkan dari pemikiran cerdas mereka. Mengembangkan kemampuan dan memberi perubahan revolusioner yang mereka lakukan dengan jiwa yang tangguh.


Namun miris, gen Z saat ini kembali menuai sorotan sebab mendominasi data pengangguran di Indonesia. BPS telah mendata ada 9,9 juta pemuda (18-24 tahun) tidak memiliki kegiatan alias pengangguran, atau istilahnya not in education, employment, and training (NEET). (CNBCIndonesia.net, 17/5/24).


Sering kita ketahui generasi Z yang lahir tahun di antara 1997-2012, yang sekarang berumur 12-27 tahun. Saat ini mereka tanpa berkegiatan alias pengangguran tidak mengenyam pendidikan dan tidak mengikuti pelatihan apapun. Sungguh miris, melihat puluhan juta pemuda yang diabaikan potensinya. 


Mengapa Pengangguran Makin Bertambah?

Tidak menutup kemungkinan bahwa angka pengangguran akan terus meningkat hingga saat ini. Menurut BPS, ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka "menganggur". Rendahnya pendidikan, minimnya akses transportasi, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga bagi perempuan, putus asa dan lain - lain. Sangat menyedihkan, gen Z saat ini menempati populasi terbanyak dalam data piramida kependudukan Indonesia. Setidaknya ada 60 juta pemuda yang sangat sayang untuk di sia-siakan potensinya.


Sementara, hanya terdapat 57% gen Z yang terdaftar Perguruan tinggi. Masih banyak generasi Z yang belum mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Sedangkan saat ini banyak lowongan pekerjaan yang tersedia membutuhkan syarat pendidikan yang tinggi. Belum lagi, ketersediaan lapangan kerja yang sangat sedikit, tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. 


Dampak Pengangguran bagi Perekonomian

Meningkatnya angka pengangguran akan membahayakan terutama pada masalah finansial. Hal ini, bisa menjadi bom waktu terkait bonus demografi di masa depan. Semestinya, para pemuda menjadi produktif sehingga menjadi harapan penerus tanggungan bagi kalangan tua yang sudah tidak produktif. Namun realitanya, pemuda menganggur dan menjadi beban bagi perekonomian. 


Berdasarkan Data Statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2023 terdapat 54,06% gen Z penerima terbesar kredit pinjol dengan dana mencapai 27,1 triliun. Inilah sisi gelapnya selain bermental lembek ternyata mudah cemas bahkan depresi dan mereka menjadi konsumtif. Dari data OJK juga 65% pinjaman mereka bukan untuk mencukupi kebutuhan primer. Sungguh ironis.


Jika kita amati, kasus ini adalah masalah "human error", atau masalah mental para pemuda itu sendiri. Jika ini hanya masalah human error maka tidak akan mungkin terjadi pada jutaan orang. Ini adalah masalah sistemik yang dirancang untuk menyengsarakan rakyat. 


Solusi Mengentaskan pengangguran

Pada saat ini, sistem yang diterapkan untuk mengatur masyarakat adalah sistem demokrasi kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, yang menjadi standar perbuatan adalah materialisme, sebatas untung rugi belaka. Dalam perekonomian kekayaannya akan berpusat pada orang kaya saja yang memiliki modal besar, sedangkan rakyat kecil hanya bisa mengais sisanya dengan jerih payah. 


Maka, terjadilah ketimpangan ekonomi yang amat nyata. Dari sini, gen Z yang tergolong masih muda menjadi kelompok yang terdampak dari ketimpangan ini. Sulitnya mencari pekerjaan, ditambah untuk memulai berbisnis modal tidak ada dan sudah pasti kalah dengan harga perusahaan besar. 


Kemudian, sistem pendidikan ala kapitalis, mereka hanya berfokus pada mencetak buruh murah. Walau para gen Z berpendidikan tinggi, namun minim pengalaman kerja dan negara membuka lebar tenaga asing untuk mengisi lapangan kerja. Gagal sudah mencetak SDM yang unggul pada sistem pendidikan sekarang. 


Lain halnya dengan sistem Islam yang memiliki paradigma berbeda dengan sistem kapitalisme. Islam akan mencetak individu yang berkepribadian Islam, terampil bidang ilmu dan teknologi. Dalam sistem pendidikan Islam meniscayakan kepada seluruh rakyat dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya bahkan secara gratis. Hal ini, telah dicontohkan oleh para khalifah dalam sistem Islam.


Sebagai contoh pendidikan yang berkualitas dan difasilitasi ialah madrasah al-Muntashiriah yang didirikan khalifah al-Muntashir Billah di Baghdad. Para siswa mendapat beasiswa 1 Dinar emas atau setara dengan 4,25 gram emas, kebutuhan mereka dijamin oleh negara. 


Pemerintah dalam sistem Islam pada masa lalu mempunyai Industri spektrum yang amat luas. Dalam catatan sejarah, negara Islam pernah menciptakan berbagai industri pangan, bahan bangunan, mesin, persenjataan, perkapalan, kertas, kimia, tekstil, kulit, hingga pertambangan. 


Alhasil dengan begitu luasnya spektrum industri dalam negeri, mampu membuka lebar lapangan kerja yang disediakan. Berapapun lulusan dari dunia pendidikan akan terserap dalam industri tersebut. Gen Z tidak akan menganggur tapi sangat produktif. Kecuali orang yang mempunyai fisik lemah atau cacat, ini menjadi tanggungan negara atau kerabatnya secara langsung. 


Industrialisasi ini akan terwujud melalui proses pengembalian harta milik umum seperti pertambangan, sumber daya alam atau kekayaaan umum lain yang selama ini dimiliki swasta kapitalis. Menjadi sepenuhnya milik rakyat dan negara berperan sebagai pengelolanya. 


Inilah pengaturan sistem Islam yang mampu mensejahterakan rakyat di berbagai pelosok negeri. Termasuk para pemuda yang tidak akan bingung lagi harus bekerja apa. Didukung pula oleh penerapan kurikulum pendidikan Islam yang mampu memfasilitasi lapangan kerja secara luar. Sehingga para generasi Z menjadi generasi penerus bangsa yang positif membawa kemajuan dan kokoh dalam keimanan. Sebuah capaian yang sangat luar biasa dan tentunya kita inginkan. Wallahuallaam bissawab. [Dara]