Alt Title

Sekolah Tinggi untuk Raih Prestasi dan Cari Rezeki

Sekolah Tinggi untuk Raih Prestasi dan Cari Rezeki



Inilah yang terjadi dalam negara yang menganut kapitalisme sekular. Penguasa menjadi fasilitator antara sekolah dan pengusaha. 

Lembaga pendidikan hanya menjadi mesin pencetak para pegawai yang siap terjun di industri, di bawah telunjuk para pemilik modal

________________________________


Penulis Oom Rohmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member AMK


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pendidikan adalah sesuatu yang paling dibutuhkan oleh setiap individu masyarakat. Karena dengan ilmu bisa menghantarkan seseorang pada kesuksesan, baik melalui sekolah formal maupun agama. Dari segi kualitas dan kuantitasnya pun harus dioptimalkan mulai dari kurikulum, pengajar hingga sarana dan prasarananya. Maka suatu kebanggaan bagi individu, lembaga atupun wilayah tatkala mampu menorehkan prestasi dan mendapat penghargaan atas upayanya.


Seperti di Kabupaten Bandung, yang konon telah mendapatkan penghargaan hingga 313 kali. Drs Agus Hermawan, M.Si selaku kepala sekolah SMA Al-Amanah Ciwidey memberikan ucapan selamat di hari jadinya yang ke-383. Ia pun mengatakan bahwa IPM atau index pencapaian manusia dalam bidang pendidikan di Bandung memang meningkat di tahun 2023 pada setiap tingkatan. Selain ucapan selamat, ia pun menyampaikan support, doa dan harapan. (Mediakasasi.com, 22 April 2024)


Ada banyak program yang dicanangkan oleh Bupati, di antaranya pemeliharaan gedung satuan pendidikan, PIP, BEDAS calakan, yakni bantuan pemberian insentif pendidikan bagi siswa SMP yang kurang mampu dan bersekolah di sekolah swasta dengan bantuan dana sebesar Rp 600.000/ tahun. Ada bantuan bagi 50.000 masyarakat yang belum memiliki ijazah SD, SMP, termasuk ijazah SMA. Bahkan bagi siswa yang memiliki hafalan Al-Quran minimal 1 juz dan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi tidak mampu secara finansial, dipastikan akan dibantu.


Secara umum tujuan dari pendidikan adalah untuk kecerdasan, pengetahuan, pembentukan kepribadian, berakhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, juga untuk menciptakan sikap dan perilaku religius di lingkungan dalam dan luar sekolah. Namun sayang hal ini belum bisa direalisasikan. 


Faktanya siswa hanya berlomba-lomba untuk mengejar nilai tinggi dan materi semata, maka tidak aneh dalam prakteknya banyak terjadi kecurangan dan menghalalkan segala cara. Selain itu pihak sekolah pun menyiapkan anak didiknya terfokus pada dunia kerja bukan mandiri dan religius. Muncul pertanyaan, mengapa tidak sinkron dengan tujuan pendidikan?


Hal ini karena negaranya menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang standarnya manfaat dan keuntungan, menafikan peran agama dari kehidupan. Tujuan hidup terpenuhinya segala hasrat kebahagiaan jasadiah, sehingga itung-itungannya kembali ke materi.  


Inilah yang terjadi dalam negara yang menganut kapitalisme sekular. Penguasa menjadi fasilitator antara sekolah dan pengusaha. Lembaga pendidikan hanya menjadi mesin pencetak para pegawai yang siap terjun di industri, di bawah telunjuk para pemilik modal.


Padahal hasil tempaan generasi muda diharapkan bisa membangun negara di masa depan. Dan ini harusnya menjadi ganjalan bagi para pemangku kebijakan untuk mengarahkan SDM agar dapat mengelola segala potensi yang ada baik SDA, teknologi dan lain sebagainya. Sehingga generasi di masa yang akan datang bisa kuat dan kokoh seperti yang dimaksudkan dalam QS An-Nisa ayat 9:

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekitarnya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar."


Demikianlah sistem pendidikan yang ditujukan hanya untuk meraih materi saja. Jauh berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang menyusun kurikulum dan materi pelajarannya terbagi menjadi dua tujuan pokok yaitu:


Pertama, membangun kepribadian islami, pola pikir (aqliah) dan pola sikap (nafsiyah) sesuai akidah Islam. Yaitu dengan cara menanamkan tsaqafah Islam berupa akidah, pemikiran, dan perilaku islami ke dalam akal dan jiwa anak didik. Oleh karenanya, harus disusun dan dilaksanakan kurikulum oleh negara untuk merealisasikan tujuan tersebut.


Kedua, mempersiapkan anak-anak kaum muslim agar di antara mereka menjadi ulama-ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan. Baik ilmu-ilmu keislaman berupa; ijtihad, fikih, peradilan, dan lain-lain, maupun ilmu-ilmu terapan (teknik, kimia, fisika, kedokteran, dan lain-lain). Ulama-ulama yang mumpuni akan membawa negara Islam dan umat Islam dipundak mereka, untuk menempati posisi puncak di antara bangsa-bangsa dan negara-negara lain di dunia, bukan sebagai pengekor maupun agen pemikiran dan ekonomi negara lain.


Untuk itu sudah saatnya kita kembali pada sistem pemerintahan Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lainnya sesuai aturan Sang Pencipta, yang sudah terbukti mampu menghantarkan kepada puncak peradabannya. Wallahualam bissawab. [GSM]