Alt Title

Gas Melon Langka, Benarkah Hanya Ulah Mafia?

Gas Melon Langka, Benarkah Hanya Ulah Mafia?

 


Sistem kapitalisme telah melahirkan pribadi-pribadi yang individualistis

Mereka melakukan segala cara untuk mengejar materi

______________________________


Penulis Siska Juliana 

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Persediaan tabung gas elpiji 3 kg mengalami kelangkaan dari Ramadan hingga Lebaran. Peristiwa ini terjadi di Pemalang, Jawa Tengah. Harga si melon di wilayah tersebut berkisar antara Rp25.000-Rp30.000. (kompas.com, 05/04/2024)


Hal serupa terjadi di wilayah Lampung Utara. Harga si melon mencapai Rp35.000-Rp40.000. Mahalnya harga si melon membuat warga mendesak kepolisian untuk menindak tegas oknum agen nakal tersebut. Mereka sengaja menjual gas melon ke rumah-rumah warga dan kios-kios dengan mobil pick up pribadi. (Headline Lampung, 07/04/2024)


Kenaikan harga elpiji menjelang Lebaran memang tidak bisa dimungkiri. Permintaan yang meningkat, membuat mafia tergiur akan keuntungan yang berlipat ganda. Mereka tak ragu menaikkan harga untuk keuntungan pribadi, meskipun hal itu akan memberatkan rakyat. 


Aturan libur panjang Lebaran juga memengaruhi distribusi gas elpiji. Pengiriman yang seharusnya dilakukan sebelum liburan, menjadi terjeda dan baru bisa dikirim setelah liburan. Tentu ini akan menjadi permasalahan bagi penjual dan pembeli, meskipun pasokan elpiji ditambah. 


Peristiwa ini sering kali terjadi. Penguasa seakan sulit menyediakan kebutuhan yang murah dan mudah didapat oleh masyarakat. Seolah-olah pemerintah kalah dengan para mafia. Mafia hampir menguasai seluruh sektor sumber daya alam.


Penguasa mengeluarkan kebijakan yang memuluskan jalan bagi pengusaha asing atau swasta untuk mengelola sumber daya alam. Alhasil, penguasa membeli hasil jadi dari swasta dengan harga yang lebih mahal. Kemudian hanya memberikan subsidi kepada masyarakat miskin. Tentu saja pihak pengusaha yang mendapat keuntungan terbesar. 


Permasalahan ini muncul karena sistem kapitalisme yang sedang berkuasa saat ini. Penguasa dan pengusaha bagaikan rantai yang tidak bisa dipisahkan. Sistem kapitalisme telah melahirkan pribadi-pribadi yang individualistis. Mereka melakukan segala cara untuk mengejar materi, meskipun tindakan tersebut dapat menzalimi rakyat. 


Asas sekularisme yang menjiwai sistem kapitalis, telah nyata membuang aturan agama dalam kehidupan. Pembuat aturan diserahkan pada manusia yang memiliki akal lemah dan terbatas. Walhasil, muncul kerusakan di mana-mana.


Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Islam. Islam merupakan aturan yang berasal dari Allah Swt.. Islam mewajibkan negara menjadi pengurus rakyatnya. Negara tidak boleh mengabaikan kebutuhan rakyat. 


Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,


"Imam/khalifah itu laksana penggembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya." (HR. Bukhari dan Muslim).


Para pemimpin akan melaksanakan kewajibannya sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. Negara akan memenuhi seluruh kebutuhan rakyat, termasuk pemenuhan gas sebagai salah satu kebutuhan dalam rumah tangga.


Ada beberapa mekanisme yang dilakukan agar kebutuhan gas elpiji terpenuhi, yaitu: 


Pertama, Islam mengatur harta kepemilikan umum. Seperti dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Ahmad bahwa umat Muslim berserikat dalam air, padang rumput dan api. 


Maka, pengelolaan migas tidak boleh diserahkan pada swasta karena termasuk harta milik umum. Negara harus mengelola sendiri, kemudian hasilnya disimpan di Baitulmal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 


Kedua, negara mengatur jalannya distribusi gas elpiji. Negara akan menjual gas elpiji dengan harga terjangkau bahkan gratis. Selain itu, penerapan Islam yang menyeluruh akan melahirkan individu yang bertakwa. Sehingga tidak akan berani melakukan kecurangan, karena takut dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt..


Islam juga memiliki sanksi yang tegas dan membuat jera bagi pihak yang melakukan kecurangan.


Ketiga, dari sisi konsumsi, negara tidak membeda-bedakan harga gas elpiji. Setiap individu membeli dengan harga yang sama. Sehingga tidak akan ada masyarakat yang ingin mendapat manfaat lebih. Karena mereka mengerti kebutuhannya pasti terpenuhi. 


Oleh karena itu, hanya Islam yang mampu mengatasi kelangkaan gas elpiji. Islam mengatur seluruh pemenuhan kebutuhan masyarakat. Setiap individu akan berperilaku dengan dorongan takwa. Walhasil, tidak akan ada kecurangan yang terjadi. Wallahualam bissawab. [MDt]