Alt Title

Remaja Teguh Dengan Kepribadian Islam

Remaja Teguh Dengan Kepribadian Islam

 


Hanya dengan rujukan syariat Islam yang paripurna sistem kehidupan akan berjalan dengan baik

Dengan basis penanaman akidah Islam yang akan mencetak kepribadian Islam sehingga output pendidikan yang dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang sehat fisik dan mentalnya karena merasa diawasi oleh Allah Swt.


_____________________


Penulis Inge Oktavia Nordiani

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Masa remaja adalah masa dimana seseorang menemukan jati diri. Keluarga, sekolah dan masyarakat sejatinya menjadi wadah pembentuk kepribadian remaja sampai benar-benar menemukan identitas dirinya. Di usia remaja, tentunya seseorang akan berproses menapaki pendidikan yang tinggi sampai meraih cita-citanya. Namun, apa yang terjadi bila di tengah perjalanan ada kerikil-kerikil yang menghalangi penemuan jati diri remaja. Alih-alih kepribadian yang teguh, remaja terjebak pada masalah kesehatan mental.


Dilansir dari kompas.com 7 Februari 2024 seorang siswa SMK dengan sadis membunuh satu keluarga yang terdiri dari suami istri dan tiga orang anaknya. Tidak hanya itu pelaku juga memperkosa mayat ibu dan anak remajanya. Sebelum melakukan aksinya pelaku sempat minum-minuman keras bersama temannya. Motif pembunuhan ini adalah permasalahan asmara, ayam, juga helm yang belum dikembalikan selama tiga hari.


Kasus di atas memberikan gambaran bahwa mental remaja masih belum baik-baik saja. Banyaknya rentetan kasus yang terjadi di negeri ini belum menunjukkan penurunan angka yang signifikan terhadap kondisi mental remaja. Hari ini bentuk-bentuk kenakalan remaja sudah sangat bervariasi tak jarang mengantarkan pada kriminalisasi. Inilah salah satu potret buramnya pendidikan. Output yang dihasilkan seharusnya mengarah pada keluhuran akhlak bukan sebaliknya. 


Bila kita menelisik bagaimana kualitas pendidikan hari ini didapati bahwa sistem sekuler kapitalis yang menjadi penyebab dan memberikan jurang antara akhlak, adab dan realita perilaku. Sekulerisme menjadikan remaja bertindak bukan menomorsatukan tuntunan agama. Melainkan faktor-faktor dari luar seperti media menjadi rujukan pertama. Banyaknya media sosial seiring kemajuan teknologi semakin menjadikan remaja menjadi objek yang bisa diubah. Maraknya game online, pergaulan bebas dunia maya hingga nilai-nilai negatif yang masuk pada remaja menjadi konsekuensi logis bobroknya perilaku remaja. Pendidikan yang seharusnya menjadi penguat benteng kepribadian remaja hanya menjadikan agama dalam ranah ibadah mahdoh semata. 


Melalui rujukan kapitalisme yang notabebe dari Barat, BKKBN mendefinisikan remaja adalah seseorang yang berusia 12 sampai 24 tahun artinya remaja dalam batas ini mengindikasikan permakluman ketika melakukan suatu kesalahan dengan alasan masih di bawah umur. Sementara, dalam Islam mengartikan remaja adalah ditandai dengan masa akil balig. Akil berarti berakal memahami mengetahui. Sementara, balig didefinisikan sebagai seseorang yang sudah mencapai usia tertentu dan dianggap sudah dewasa atau sudah mengalami perubahan biologis yang menjadi tanda-tanda kedewasaannya (Rasjid, 2010: 83). Artinya sudah ada taklif hukum bagi para remaja.


Merupakan tugas semua pihak untuk bersinergi yaitu keluarga, masyarakat termasuk Negara untuk membuat remaja dapat teguh dengan kepribadian Islam. Dalam kitab pilar-pilar pengukuhan nafsiyah Islam dijelaskan kepribadian Islam terdiri dari pola pikir dan pola sikap. Pola pikir adalah cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu yakni cara mengeluarkan keputusan hukum tentang sesuatu berdasarkan kaidah tertentu yang diimani dan diyakini seseorang. Ketika seseorang memikirkan sesuatu untuk mengeluarkan keputusan hukum terhadapnya dengan menyandar kepada akidah Islam berarti aqliyahnya merupakan aqliyah Islamiyah atau pola pikir Islami. Jika tidak seperti itu aqliyahnya merupakan aqliyah yang lain. 


Sedangkan pola sikap adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi tuntutan naluri-naluri dan kebutuhan jasmani yakni upaya memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan jasmani tersebut dilaksanakan dengan sempurna berdasarkan akidah Islam berarti nafsiyahnya dinamakan nafsiyah Islamiyah. Jika pemenuhan tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti itu berarti nafsiyahnya merupakan nafsiyah yang lain. Kedua hal ini harus satu padu dan untuk mewujudkannya harus berjalan sinergitas semua pihak.


Fakta tentang siswa SMK tersebut menjadi pukulan tersendiri pada semua pihak utamanya negara. Dalam kejadian tersebut tampak peminum minuman keras sebelum melakukan aksinya. Padahal miras termasuk salah satu simpul kejahatan. Lalu bagaimana negara tidak menghambat akses keberadaannya?


Hanya dengan rujukan syariat Islam yang paripurna sistem kehidupan akan berjalan dengan baik. Dengan basis penanaman akidah Islam yang akan mencetak kepribadian Islam sehingga output pendidikan yang dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang sehat fisik dan mentalnya karena merasa diawasi oleh Allah Swt.. Wallahuallam bissawab. [Dara]