Alt Title

Kesetaraan Gender, Ide Kapitalisme dalam Membelenggu Perempuan

Kesetaraan Gender, Ide Kapitalisme dalam Membelenggu Perempuan

Alhasil perempuan akan mulia dalam sistem Islam

Dirinya tidak akan pusing memikirkan urusan ekonomi keluarga atau istilah kesetaraan gender. Karena sebenarnya sistem Islam menegasikan ide kesetaraan karena kesejahteraan ekonomi jiwa dan raga dijamin oleh negara

________________________________________


Penulis Novi Anggriani, S.Pd. 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Meningkatnya indeks pembangunan gender pada 2023 membuka peluang untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan sebagai solusi dalam memberantas kekerasan yang dihadapi oleh perempuan, yang setiap tahun terus meningkat.


Rasa prihatin akan keadaan yang dialami perempuan membuat Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Lenny N. Rosalin, angkat suara. Ia mengatakan bahwa ketika perempuan semakin berdaya, sehingga ia mampu memberikan sumbangan pendapatan yang signifikan bagi keluarga.


Hal ini melalui keterlibatan dalam politik pembangunan dengan meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, yang ditunjukkan dengan meningkatnya indeks pemberdayaan gender. Semua itu menjadi landasan kuat dalam pembangunan bangsa dan keadilan bagi perempuan dalam memerankan posisi yang sama dengan laki-laki. (ANTARA News, 6/1/2024)


Manipulasi Kesetaraan Gender


Makna kesetaraan gender pada RUU KKG Bab I Pasal 1 yaitu kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi, mengontrol dan memperoleh manfaat pembangunan di semua bidang kehidupan. Menelaah makna “kesetaraan” menunjukkan bahwa ide ini bermasalah.


Sebab, kondisi laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi aspek biologis tidak dapat disetarakan di semua bidang kehidupan. Hal itu merupakan sebuah kemustahilan, sebab posisi perempuan dan laki-laki memang ada perbedaan, baik dari aspek biologi maupun sosial.


Kesetaraan gender juga memiliki pandangan yang salah, bahwa keadilan adalah suatu keadaan dan perlakuan yang menggambarkan adanya persamaan hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.


Padahal keadilan tidak selalu harus berarti persamaan. Jika keadilan selalu diartikan dengan persamaan, maka segala bentuk perbedaan bisa disebut tidak adil dan diskriminatif.


Makna sebenarnya dari keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya yang tepat atau sesuai dengan porsinya. Seperti fitrahnya perempuan adalah melahirkan dan menyusui anak, karena perempuan punya porsi itu dalam dirinya.


Begitupun laki-laki, sudah menjadi fitrahnya untuk menjadi kepala keluarga bagi istri dan anaknya, karena secara fisik mereka memiliki kecenderungan untuk menjaga, melindungi, dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.


Jadi mengharapkan kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam semua bidang kehidupan adalah ilusi. Sebab Sang Pencipta sudah mengatur dengan sangat sempurna segala yang Dia ciptakan sesuai dengan porsi yang ada pada diri manusia. Justru mengubahnya adalah petaka dan sumber kerusakan.


Maka tak mengherankan kejadian kekerasan pada perempuan semakin meningkat, karena terjadi kekacauan dalam pemenuhan perannya di masyarakat. Ini pada akhirnya akan mengundang murka Allah. Bisa kita lihat bahwa dari hari ke hari kejadian KDRT semakin meningkat, angka perceraian berkembang pesat, dan anak-anak ikut rusak karena kasus orang tuanya.


Kesetaraan Gender Buah dari Penerapan Kapitalisme Sekuler


Solusi kesetaraan gender sebagai jalan untuk meningkatkan peran perempuan dan melindunginya dari kekerasan sudah jelas keliru. Secara tidak sadar, ini adalah desain dari sistem kapitalisme sebagai pencetus yang akan terus membuat perempuan di negeri-negeri muslim bersikukuh menjadikan ide ini sebagai solusi dari ketertindasan mereka.


Padahal faktanya, kekerasan yang dihadapi oleh perempuan saat ini berasal dari aturan sistem kapitalisme itu sendiri, yang telah mencabut fitrah perempuan yang mulia menjadi rusak.


Perempuan menjadi objek sekaligus komoditas untuk pembangunan ekonomi negara-negara Barat dan para kapitalis. Sehingga mereka sengaja disibukkan dengan menempuh pendidikan untuk mengejar karir, bahkan memandang rendah peran perempuan sebagai pengurus rumah tangga.


Akibat dari ide rusak kapitalisme, perempuan enggan untuk menjadi ibu untuk membangun peradaban manusia, enggan mendidik anak untuk menjadi pejuang Islam, bahkan enggan untuk menjadi istri karena merasa dibatasi aktivitasnya. Peran mulia tersebut sengaja dicitrakan buruk oleh kapitalisme agar umat yakni kaum muslimin tetap fokus membangun ekonomi sebagai tujuan hidup, bukan ketaatan sebagai hamba terhadap Penciptanya.


Ideologi kapitalisme memiliki peran besar untuk merusak akidah umat. Semua itu karena umat sudah jauh dari syariat dan khilafah sebagai pelindung ketaatan mereka. Akibatnya mereka tersesat dan berjalan sesuai arah petunjuk kapitalisme.


Peran Perempuan dalam Islam


Islam sangat memuliakan perempuan, dengan salah satu bukti bahwa surga diletakkan di bawah telapak kaki para ibu. Perempuan dan laki-laki dalam Islam sudah Allah ciptakan sebagai makhluk yang sempurna di antara makhluk yang lain.


Kesempurnaan itu ialah karena manusia diberikan akal untuk berpikir dan memilih jalan kebenaran atau jalan hidup sesuai arahan Pencipta, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Begitupun penggunaan fitrahnya sudah diciptakan secara lengkap sesuai kebutuhannya. Sehingga ketaatanlah yang menjadi pembeda antara keduanya.


Perempuan diciptakan untuk melahirkan, menjadi ibu yang memiliki peran menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Begitupun laki-laki dengan fisiknya yang kuat menjadikan ia sebagai tulang punggung keluarganya. Jika peran itu dijalankan sesuai porsinya, maka tatanan rumah tangga tidak akan rusak.


Karena ibu fokus dengan peran utamanya di rumah dan tidak meninggalkan anak-anaknya. Hal ini membantu mereka memastikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Dengan demikian terciptalah rumah tangga yang Allah ridai keluarganya.


Alhasil perempuan akan mulia dalam sistem Islam. Dirinya tidak akan pusing memikirkan urusan ekonomi keluarga atau istilah kesetaraan gender. Karena sebenarnya sistem Islam menegasikan ide kesetaraan karena kesejahteraan ekonomi jiwa dan raga dijamin oleh negara.


Untuk itu, perempuan butuh syariat Islam yang memuliakan mereka. Syariat Islam ini hanya bisa diterapkan oleh Daulah Khilafah sebagai negaranya. Dengan demikian, karena dorongan keimanannya, perempuan juga turut serta memperjuangkan Daulah Khilafah yang merupakan sebuah kewajiban. Wallahualam bissawab. [SJ]