Alt Title

Pengungsi Rohingya Berbuat Onar, Butuh Solusi Sistemik!

Pengungsi Rohingya Berbuat Onar, Butuh Solusi Sistemik!

 


Layaknya penjajahan di Palestina, kasus Rohingya juga butuh bantuan negara untuk menyelesaikannya

Meski, banyak pihak yang mengatakan bahwa etnis Rohingya tidak mempresentasikan muslim karena sikap mereka yang kurang baik tetapi kehadiran mereka adalah bagian dari persaudaraan muslim


______________________


Penulis Zulhilda Nurwulan

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Mahasiswa Pascasarjana UGM


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kelakuan pengungsi  Rohingya menyulut emosi masyarakat Aceh akhir-akhir ini. Dekil, jorok, tidak paham agama, tidak berpendidikan seperti itu beberapa komentar dan tanggapan terkait pengungsi Rohingya di Indonesia. Seperti dilansir dari berita Kompas[dot]com, Minggu, 19 November 2023, sosiolog menyebut bahwa kasus Rohingya bisa menjadi gesekan antara warga di masa depan. Lantas, apa yang sebenarnya  terjadi pada pengungsi Rohingya?


Rohingya adalah kelompok etnis beragama Islam yang telah lama hidup di Myanmar, negara mayoritas Budha. Saat ini, terdapat sekitar 1,1 juta warga Rohingya di negara Asia Tenggara. Etnis Rohingya adalah migrasi buruh pada masa pemerintahan Inggris (1824-1948) ke Myanmar. 


Setelah kemerdekaan, etnis Rohingya dianggap migrasi ilegal oleh warga setempat hingga mengalami pengusiran dan tidak diberikan kewarganegaraan. Tahun 1948, setelah Myanmar merdeka dari Inggris, Undang-Undang Kewarganegaraan disahkan, tetapi Rohingya tidak termasuk dalam undang-undang tersebut.


Akan tetapi, Rohingya tetap diberikan izin untuk mengurus kartu identitas bagi yang telah tinggal setidaknya selama dua generasi. Namun, setelah kudeta militer tahun 1962 di Myanmar, semua warga negara diwajibkan untuk mendapatkan kartu registrasi nasional. Sayangnya, warga Rohingya hanya diberikan kartu identitas asing, sehingga membatasi kesempatan kerja dan pendidikan yang dapat mereka peroleh.


Berawal pada tahun 1970, tindakan keras yang dilakukan terhadap etnis Rohingya memaksa mereka mengungsi ke negara tetangga Bangladesh dan Malaysia juga negara Asia Tenggara lainnya. Para etnis Rohingya mengaku sering mengalami pemerkosaan, pembakaran, penyiksaan hingga pembunuhan oleh pasukan keamanan Myanmar. Hal ini yang melatarbelakangi ribuan etnis Rohingya mengungsi ke negara tetangga.


Masalah Rohingya, masalah kemanusiaan


Tidak dimungkiri berbagai kesalahan yang dilakukan oleh etnis Rohingya terhadap daerah pengungsian sangat meresahkan. Namun, menyikapi persoalan ini sebagai sesama muslim patutnya memandang mereka dengan kacamata kemanusiaan. Layaknya penjajahan di Palestina, kasus Rohingya juga butuh bantuan negara untuk menyelesaikannya. Meski, banyak pihak yang mengatakan bahwa etnis Rohingya tidak mempresentasikan muslim karena sikap mereka yang kurang baik namun kehadiran mereka adalah bagian dari persaudaraan muslim.


Perilaku etnis Rohingya yang kurang baik disebabkan oleh asal wilayah tempat tinggal mereka yang mayoritas Budha. Meski mereka adalah umat muslim tetapi nilai-nilai muslim belum kental diajarkan di wilayah mereka. Nasionalisme telah menjadikan bangsa-bangsa hidup dalam sekat-sekat ruangan pribadi sehingga tiap-tiap negara hanya fokus pada urusan negara sendiri dan mengabaikan urusan bangsa lain. Hal ini, yang terjadi pada negeri-negeri muslim dunia hidup dalam sekatan nasionalisme. Nasionalisme yang telah lama mengakar di dunia menjadi salah satu pemicu etnis Rohingya tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti bangsa-bangsa negeri muslim lainnya. Parahnya, etnis Rohingya disamakan seperti zionis yang mengancam pertahanan negara. Padahal, etnis Rohingya adalah hasil kekejaman sistem yang tidak memihak kesejahteraan manusia khususnya muslim. 


Butuh solusi sistemik


Layaknya penjajahan atas Palestina yang merupakan kejahatan sistematis, kasus yang melanda etnis Rohingya juga merupakan masalah sistemis. Hilangnya pelindung bagi masyarakat muslim di dunia setelah keruntuhan negara Islam di Turki pada 1924 yang lalu membuat berbagai macam kejahatan dan kekerasan melanda muslim dunia diantaranya etnis Rohingya. Nasionalisme sebagaimana yang disebutkan sebelumnya memicu pergesekan antar muslim dunia. Padahal, ketika negara islam masih ada seluruh umat muslim di dunia hidup dengan damai.


Sistem sekulerisme yang melahirkan berbagai paham seperti nasionalisme tidak akan mampu melindungi kesejahteraan muslim dunia seperti etnis Rohingya. Malah, nasionalisme menghadirkan benturan antar sesama muslim. Paham seperti nasionalisme ini sangat berbahaya bagi keutuhan negara. Karena, ikatan nasionalisme ini tidak mampu bertahan dan hanya bersifat sementara. Ikatan semacam nasionalisme hanya eksis ketika ada masalah yang mengancam negara namun akan terlepas lagi ketika ancamannya dianggap selesai.


Dengan demikian, dibutuhkan sistem yang kuat, menyeluruh dan bersifat kekal dengan ide yang kompleks yaitu Islam. Sebagaimana diketahui, Islam adalah ideologi yang kompleks dengan metode yang benar. Islam dengan akidah dan ideologi yang sama pasti bisa menyelesaikan kejahatan-kejahatan sistematis seperti yang terjadi di Rohingya maupun negeri muslim lainnya. Oleh karena itu, wajib untuk memperjuangkan ide islam agar bisa diterima sebagai satu-satunya solusi untuk berbagai masalah kejahatan dunia. Wallahualam bissawab. [Dara]