Alt Title

Anak Kecil Bunuh Diri?

Anak Kecil Bunuh Diri?

 


Mengapa kondisi mental mereka begitu rapuh, sehingga tertindas sedikit saja langsung menyerah, apalagi jalan yang diambil adalah bunuh diri

Padahal masa kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan, tak ada beban, tak ada tanggung jawab, hanya bermain dan belajar

______________________________


Penulis Nurul Bariyah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Penulis Opini Islam


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dilansir dari berita detikjateng[dot]com (23/11/2023), diberitakan seorang bocah berumur 10 tahun nekat gantung diri akibat dilarang bermain HP oleh ibunya. Peristiwa dipacu ketika sang ibu menyuruhnya untuk makan siang dan berhenti main HP, namun korban menolak dan marah lalu masuk kamar dan tidak keluar lagi. Setelah sore, sang ibu hendak menyuruhnya untuk pergi mengaji mengira anaknya sedang tidur. Tetapi ketika mengintip dari celah pintu, ternyata sang anak sudah tergantung dan kemudian ditemukan sudah tak bernyawa.


Miris, mengapa anak sekecil itu bisa memikirkan hal buruk seperti bunuh diri? Apa yang ada di pikirannya? Bagaimana bisa terbersit untuk bunuh diri? Sebegitu tertekankah mereka sehingga memutuskan bunuh diri? Ada sesuatu yang hilang, di manakah pengawasan, pendidikan, juga pendampingan orang tua terhadap anak yang menjadi tanggung jawabnya?


Menurut KBRN Jakarta, Pemerintah memiliki data setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak sejak Januari 2023. Deputi bidang Perlindungan Khusus anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Nahar, mengatakan kebanyakan korban yang merupakan anak umur di bawah 18 tahun, melakukan bunuh diri akibat depresi dan berbagai penyebab, salah satunya adalah perundungan.


Mengapa kondisi mental mereka begitu rapuh, sehingga tertindas sedikit saja langsung menyerah, apalagi jalan yang diambil adalah bunuh diri. Padahal masa kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan, tak ada beban, tak ada tanggung jawab, hanya bermain dan belajar.


Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Faktanya di masyarakat sekarang ini, anak-anak dimanja dengan segala fasilitas kemudahan yang menyebabkan mereka menjadi rapuh, manja, dan tidak mampu bertahan dalam tekanan.


Orang tua sekarang menggantikan kasih sayang, belai kasih dengan uang, dan fasilitas lainnya. Mereka menganggap semua itu bentuk kasih sayang, namun itu semua salah. Anak-anak jadi menganggap bahwa semua yang mereka mau harus bisa terpenuhi, jika tidak maka seolah-olah dunia akan berakhir.


Peran orang tua tidak dapat digantikan oleh apa pun. Keberadaan mereka sangat penting untuk mendampingi anak dalam setiap masalah, perhatian, kasih sayang, dan belaian orang tua akan menguatkan anak sehingga mereka mampu melewati masalah.


Berikutnya peran masyarakat, juga tidak dimungkiri sangat berarti. Masyarakat yang kondusif dan membawa pengaruh baik akan sangat membantu perkembangan jiwa dan mental seorang anak. Sebaliknya jika masyarakatnya rusak, acuh dan banyak konflik maka perkembangan anak jadi berantakan.


Selanjutnya adalah peran negara. Peranan penting negara untuk mengatasi kasus ini adalah negara sebagai pengatur, pemberi edukasi kepada anak tentang cara menghadapi masalah, memberi tontonan yang baik, menyediakan sarana yang memudahkan anak untuk mendapat pengetahuan dan pendidikan terutama agama.


Islam sangat serius dalam urusan pendidikan dan pengawasan anak. Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan yang berkualitas. Dalam Islam sejak dini anak dididik tentang akidah, keimanan serta ketakwaan kepada Allah Swt., sehingga mereka menjadi kuat dan tangguh.


Sebagai seorang muslim, mereka juga dikenalkan kepada contoh-contoh teladan yang menjadi inspirasi dalam kehidupan ini, yaitu Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Mereka adalah para pejuang yang tangguh dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah Swt., tak kenal takut kepada musuh dan berlemah lembut kepada saudara muslim.


Dengan mengenal teladan yang baik, anak-anak jadi punya gambaran bagaimana mereka harus bersikap dalam hidup ini, terutama ketika menghadapi masalah.


Sebagaimana firman Allah Swt.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).


Dalam Islam, ketiga pilar pengokoh keimanan seorang anak juga berperan aktif menjalankan tugasnya. Orang tua mendidik anak dengan baik dengan pendidikan Islam sedini mungkin, mereka tumbuh dalam suasana keislaman yang kuat sehingga akidah Islam mengakar kuat  dalam dada anak muslim.


Masyarakatnya juga masyarakat Islami, yang membawa pengaruh kepada kebersamaan dalam iman dan takwa. Begitu juga negara menjadi pelindung bagi anak-anak dan bertanggung jawab penuh dalam menyediakan prasarana pendidikan tidak saja pendidikan umum, tapi juga pendidikan Islam. Sehingga anak-anak tumbuh menjadi tidak saja seorang yang berilmu tinggi tapi juga beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [SJ]