Sungguh Mulia Adab Bertamu dalam Islam
TsaqafahDan sebagai seorang muslimah, menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa patuh dan taat, mengamalkan setiap adab yang telah Allah Swt. tetapkan dan Rasulullah saw. contohkan. Dengan begitu kita bisa menjadi khairul umah sejati
_____________________________
Bersama Ustazah Wiwing Noraeni
KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - Allah Swt berfirman:
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali-Imran (3): 110)
Dalam kajian yang diunggah melalui channel YouTube Muslimah Media Center (MMC), Ustazah Wiwing Noraeni mengawalinya dengan membacakan ayat suci Al-Qur'an di atas. Ayat yang menyatakan bahwa umat Islam adalah umat terbaik. Muslim dan muslimah yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., serta senantiasa menjaga adab serta sopan santun.
Dan pertemuan kali ini beliau akan membahas tentang adab bertamu menurut syariat Islam. Karena, bisa jadi banyak di antara kaum muslim dan muslimah yang kurang mengetahui. Atau malah mereka tidak mengetahui, bagaimana adab dan etika ketika ingin bertamu ke rumah orang lain, ke rumah teman atau kerabatnya.
Sebenarnya, ada beberapa aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. terkait etika atau adab ketika kita ingin memasuki rumah orang lain. Dan sebagai seorang muslimah, wajib hukumnya untuk kita terikat serta mengamalkan apa-apa yang Allah Swt. telah tetapkan. Di antara ketetapan Allah Swt. tersebut adalah:
1. Meminta izin terlebih dahulu.
Ketika hendak memasuki rumah yang bukan rumah kita, wajib hukumnya meminta izin terlebih dahulu kepada penghuni rumah tersebut. Allah Swt. berfirman:
" Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nur: 27).
Hadist riwayat Imam Abu Dawud, juga menceritakan:
"Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., "Apakah aku harus meminta izin kepada ibuku?" Rasulullah menjawab, "Tentu saja." Kemudian laki-laki itu berkata lagi, "Sesungguhnya ibuku tidak memiliki pembantu selain diriku, lalu apakah setiap kali aku masuk rumahnya harus minta izin?" Rasulullah saw. balik bertanya, "Apakah kamu senang melihat ibumu telanjang?" Laki-laki itu pun berkata, "Tentu saja tidak." Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: “Kalau begitu minta izinlah kepadanya!"
Kedua dalil di atas menjelaskan tentang larangan kepada siapa pun memasuki rumah yang bukan rumahnya, kecuali dengan seizin penghuninya. Dan rumah yang dimaksud di sini, berlaku umum baik rumah muslim maupun rumah nonmuslim. Meskipun perintahnya untuk muslim, tetapi di situ ada kata "selain rumahmu," sehingga larangan ini bersifat mutlak, tanpa batasan dan bersifat umum tanpa ada pengkhususan. Artinya mencakup seluruh rumah.
2. Tidak boleh mengintip
Ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang tidak bolehnya mengintip. Misal, mengintip dari lubang kunci, lewat jendela dan lain-lain.
Rasulullah saw. bersabda:
"Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparkan dengan batu, sehingga tercungkil matanya maka itu tidak ada dosa bagimu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda:
"Siapa saja yang memasukkan pandangan ke dalam rumah orang tanpa seizin penghuninya berarti ia telah menghancurkan rumah itu." (HR. Thabrani).
Ini merupakan celaan yang tegas bagi orang-orang yang suka mengintip. Sekaligus menunjukkan bahwa haram hukumnya, perbuatan mengintip rumah orang lain.
3. Meminta izin sebanyak tiga kali.
Hendaklah kita meminta izin dengan mengetuk pintu serta mengucapkan salam. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 27 di atas. Sementara jumlah tiga kali, ini terdapat dalam hadis riwayat Abu Musa Al-Asy'ari. Rasulullah saw. bersabda:
"Minta izin masuk rumah itu 3 kali. Jika diizinkan untuk kamu masuklah. Dan jika tidak maka pulanglah." (HR. Muslim).
Dalam hadis lain, diceritakan oleh Abu Syaid Rasulullah saw. bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian telah minta izin sebanyak 3 kali lalu tidak diizinkan maka pulanglah." (HR. Bukhari).
4. Tidak boleh masuk jika tidak diizinkan.
Allah Swt berfirman:
"Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, "Kembalilah!" Maka hendaknya kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nur: 28).
Jadi, kita tidak boleh memaksa masuk atau bahkan menunggu sampai dibukakan pintu oleh penghuninya. Dan ketika meminta izin pun hendaknya menggunakan bahasa yang sopan, yang menunjukkan bahwa kita minta izin bukan memaksa. Contohnya, "Bolehkah saya masuk?" Jika dikatakan tidak boleh, maka kita harus pulang, tidak boleh memaksa masuk.
5. Tidak boleh menghadap ke arah pintu.
Perlu diperhatikan pula, saat kita mengetuk pintu, maka dianjurkan untuk tidak menghadap pintu secara langsung. Posisi tubuh tidak boleh pas di depan pintu. Hal ini merupakan salah satu bentuk adab, dengan maksud untuk menghindari terlanggarnya kehormatan bagi muslim atau muslimah yang ada di dalam rumah tersebut.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr, dia mengatakan,
"Apabila Rasulullah saw. mendatangi pintu atau rumah seseorang beliau tidak berdiri di depan pintu, tetapi beliau berdiri di samping kanan atau kiri, kemudian beliau mengucapkan, "Assalamualaikum, Assalamu'alaikum." (HR. Abu Dawud).
Demikianlah beberapa adab yang berkaitan dengan adab bertamu, baik kepada muslim maupun nonmuslim. Hanya saja, perlu dibedakan ketika kita bertamu kepada nonmuslim. Maka, tidak boleh mengucapkan salam dengan " Assalamu'alaikum," tetapi hendaknya ucapan salam diganti dengan yang lain. Hal berbeda ketika rumah itu kosong tidak berpenghuni, maka tidak ada kewajiban untuk meminta izin ketika ingin memasuki rumah tersebut.
Dan sebagai seorang muslimah, menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa patuh dan taat, mengamalkan setiap adab yang telah Allah Swt. tetapkan dan Rasulullah saw. contohkan. Dengan begitu kita bisa menjadi khairul umah sejati. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
Wallahualam bissawab. [Tinah Ma'e Miftah]