Alt Title

Palestina dan Pohon Zaitun

Palestina dan Pohon Zaitun

Maka tidak heran, selain dikenal oleh dunia sebagai pohon perdamaian, lambang perdamaian, maka pohon zaitun juga dikenal dalam banyak motif yang ada pada kain-kain Palestina

Bahkan di dalam Al-Qur'an, Allah pun memilih simbol pohon zaitun untuk mengarahkan pandangan Rasulullah ke Baitul Maqdis 

______________________________________


Bersama Ustaz Felix Siauw



KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - Ustaz Felix Siauw dalam channel youtubenya menjelaskan tentang pohon zaitun. Ustaz mengatakan bahwa tidak asing lagi dengan simbol semangka, yang selama ini dipakai untuk melambangkan perlawanan saudara-saudara kita yang ada di Palestina. 


"Tapi tahukah teman-teman sekalian ada simbol yang lebih ancient symbol, yang lebih berakar pada saudara-saudara kita di Palestina untuk melambangkan mereka? Yaitu pohon zaitun", jelasnya. 


Pohon zaitun adalah pohon yang sangat berarti bagi orang-orang yang ada di Palestina. Mengapa? Itu karena pohon ini memang mereka rasa menjadi bagian daripada hidup mereka. Pohon zaitun adalah budaya mereka, pohon zaitun adalah sejarah mereka, pohon zaitun adalah identitas mereka.


Maka tidak heran, selain dikenal oleh dunia sebagai pohon perdamaian, lambang perdamaian, maka pohon zaitun juga dikenal dalam banyak motif yang ada pada kain-kain Palestina. Bahkan di dalam Al-Qur'an, Allah pun memilih simbol pohon zaitun untuk mengarahkan pandangan Rasulullah ke Baitul Maqdis. 


Allah sampaikan di dalam Al-Qur'an "watini wazaitun", ketika Rasulullah masih berada di Mekah. Allah memanggil Rasulullah dan kaum muslimin untuk memperhatikan Baitul Maqdis. Ini pertama kalinya Allah meminta Rasulullah untuk memperhatikan Baitul Maqdis, lewat simbol zaitun.


Dan wajar pula ketika sampai saat ini ketika dijajah oleh Israel pun, orang-orang Palestina yang ada di Tepi Barat, sungai Yordan ataupun di Gaza mereka senantiasa menanam pohon zaitun. Dicatat tidak kurang dari 10 juta pohon zaitun mereka tanam, walaupun dalam keadaan terjaga. Ada pula yang pohon itu diwarisi dari orang tua mereka. Ada yang usianya puluhan tahun, ratusan tahun. Tapi yang jelas pohon zaitun ini menjadi salah satu penghasilan utama mereka.


Ustaz menunjukkan pohon zaitun dan juga menjelaskan, bahwa beliau mempunyai salah satu pohon zaitun walaupun bukan pohon zaitun Palestina. Ini sudah diurus kurang lebih 1 tahun dan masih kecil, karena pohon ini tidak bisa cepat besar, minimal memerlukan waktu 15 sampai 20 tahun untuk bisa berbuah. 


Tapi sekali berbuah, dia bisa menghasilkan sampai ratusan atau ribuan buah. Karena itulah potensi zaitun di Palestina ini sangat luar biasa dan menjadi salah satu penghasil zaitun yang paling bermutu di seluruh dunia.


Ustaz menegaskan, tercatat dalam satu laporan dari tahun 1967 sampai 2013 saja penjajah Israel ini merusak sekitar 800.000 pohon zaitun, ada yang dibakar di depan pemiliknya, ada yang ditebang, ada yang dicabut, ada yang dihancurkan. Pokoknya mereka merusak tidak kurang dari 800.000 itu hanya dalam rentang waktu 1967 sampai 2013. 


Ustaz menyampaikan, ini mengakibatkan kerugian pada petani-petani Palestina sekitar 180 miliar per tahun minimal.


"Dan teman-teman sekalian kalau seandainya kita lihat tentang pohon ini, saya pernah diberikan satu tanaman oleh ibu saya lalu kemudian ibu saya berkata, lik jaga baik-baik ini tanaman dari nenek, ini tanaman dari zaman nenekmu," ungkapnya. 


"Lalu kemudian bagaimana saya melihat tanaman itu, saya melihat itu bukan hanya sekadar tanaman saja. Tapi saya melihat ada kenangan di situ, saya melihat ada amanah, ada ingatan-ingatan yang membawa saya kembali pada keluarga saya," tambahnya. 


"Begitupun juga pohon zaitun bagi orang-orang Palestina. Dia tidak hanya sebuah simbol perdamaian, bukan hanya tempat menggantungkan hidup, dia tidak hanya sebagai sebuah tempat menggantungkan hidup, dia tidak hanya sebagai sebuah pohon saja yang menghasilkan makanan, tapi itu adalah identitas dan akar sejarah mereka," jelasnya. 


Karena itu wajarlah ketika Allah memilih kata-kata "wattiini wazzaituun", terkhusus pada pohon zaitun untuk mengarahkan pandangan kita ke Baitul Maqdis, karena ini adalah pohon lambang kebaikan bagi orang-orang Palestina. Maka ketika orang Israel datang ke sana, mereka terkhusus menyasar pohon zaitun.


Di akhir penutupanya Ustaz bertanya, mungkinkah orang-orang yang benar-benar merasa bahwa dia adalah asli penduduk setempat, asli orang lokal maka dia berbuat kerusakan dengan cara menghancurkan pohon-pohon yang justru menjadi identitas dari tempat tersebut? 


Jawabannya tentu saja tidak, karena itulah dari sisi ini pun kita bisa belajar dari pohon-pohon zaitun yang terzalimi, pohon-pohon zaitun yang hancur itu bahwasannya penduduk asli, penduduk yang ada di situ yang punah, cinta dengan negerinya tidak akan pernah merusak negerinya. Wallahu alam bissawab. [MKC/Rosita]