Alt Title

Islam Mampu Merealisasikan Indonesia Emas 2024

Islam Mampu Merealisasikan Indonesia Emas 2024

Generasi yang dihasilkan adalah generasi sehebat Ibnu Sina yang bukunya masih menjadi rujukan dalam bidang kedokteran saat ini, generasi secerdas Al-Khawarizmi, penemu angka 0 dan penemu algoritma, generasi sekeren Ibnu Al-Haytam yang menemukan ilmu optik sebagai rujukan untuk pembuatan mikroskop dan teleskop

_________________________________


Penulis Nania Sabila

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pada tahun 2030 sampai 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu, 70% penduduk Indonesia berusia produktif.


Banyak yang berharap Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi. Tahun 2045, bertepatan 100 tahun Indonesia merdeka, Indonesia diharapkan bisa mencapai Indonesia Emas yaitu, menjadi negara maju dan setara dengan negara adidaya.


Indonesia Terancam Gagal Mencapai Indonesia Emas 2045


Untuk menjadi negara maju memang tidak mudah bagi Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mencapai harapan, tetapi kendalanya pun sangat besar. Peran keluarga memiliki andil besar untuk merealisasikan tujuan. Dari keluarga, generasi berkualitas bisa dihasilkan. Dari generasi berkualitas, Indonesia Emas 2045 bisa dicapai.


Sementara keadaan masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Keluarga yang diharapkan bisa berperan dalam pencapaian Indonesia Emas 2045, seolah jauh panggang dari api. Saat ini angka perceraian sangat tinggi. Dari keluarga yang tidak utuh, sangat sulit menghasilkan generasi berkualitas. 


Banyak remaja yang tidak paham jati dirinya, berperilaku seenaknya, pergaulan bebas, narkoba, berzina, berkelahi, membunuh, dan sebagainya. Kualitas generasi begitu rusak karena kenakalan remaja. Kenakalan remaja banyak dihasilkan dari keluarga yang orang tuanya bercerai.


Ekonomi keluarga pun sangat berpengaruh dengan pencapaian generasi berkualitas. Dalam sistem kapitalisme, rakyat harus menanggung seluruh biaya rumah tangga sendiri, tanpa ada peran negara. Biaya sandang, pangan, papan, biaya pendidikan, biaya kesehatan dan biaya keamanan, semua ditanggung keluarga sehingga beban keluarga sangat berat. Apalagi kalau keluarga itu memiliki banyak anak, tentu biaya yang dikeluarkan pun akan banyak.

Tidak banyak keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan standar yang dibutuhkan. Pemenuhan gizi dan pendidikan berkualitas sangat sulit didapatkan.


Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari 2023, upah rata-rata pegawai mencapai Rp2,94 juta. Sementara target pendapatan pegawai minimal Rp10 juta per bulan, untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Target ini sangat berat karena butuh peningkatan keahlian pekerja. Upah Rp10 juta bisa dicapai bila ada kecepatan transformasi skill dan struktur ekonomi Indonesia untuk menciptakan produktivitas.


Dilansir dari cnbcindonesia[dot]com, 27 Oktober 2023, Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Chaikal Nuryakin mengatakan, peluang Indonesia menjadi negara maju pada 2045, terancam gagal karena pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5%.


Pertumbuhan kredit per tahun tidak pernah tembus 15%, rasio pajak terhadap PDB hanya 9,9%, kontribusi industri terhadap PDB terus merosot hingga di level 18% dan kemiskinan ekstrem yang persisten di level 1,7%.


Sesuatu hal yang sulit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selama masih menggunakan sistem kapitalisme. Rakyat kurang memiliki kesempatan untuk berpikir mempersiapkan generasi berkualitas. Rakyat harus bekerja ekstra keras untuk sekadar mencukupi kebutuhan karena negara berlepas tangan, berbeda dengan pelayanan negara dalam sistem Islam.


Islam Mampu Merealisasikan Indonesia Emas 2045


Dalam sistem Islam, negara serius menjalankan tugasnya. Sejatinya tugas negara adalah memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Tugas itu akan dijalankan secara sungguh-sungguh oleh individu-individu yang beriman kepada Allah. Mereka menjalankan tugas sesuai dengan aturan Islam. Mereka takut untuk melanggar aturan Allah sehingga tidak memperkaya diri dengan cara korupsi.


Dalam sistem Islam, biaya pendidikan, biaya kesehatan dan biaya keamanan ditanggung oleh negara. Rakyat bisa menikmati fasilitas pendidikan, kesehatan dan keamanan dengan gratis dan kualitas pelayanan yang terbaik dari negara. Dengan begitu, beban keluarga tidak besar sehingga kepala keluarga memiliki waktu untuk mendampingi istrinya merawat anak-anaknya di rumah.


Seorang ibu juga akan fokus mempersiapkan kelahiran generasi, mulai dari dalam kandungan ibunya. Mempersiapkan tumbuh kembang anak dengan gizi terbaik, memberikan pendidikan dan menjalin kedekatan anak dengan Rabbnya.


Seorang ibu tidak dibebankan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ibu dengan tenang mempersiapkan generasi berkualitas, generasi yang memahami siapa dirinya, paham tujuan dia diciptakan dan tahu kemana tujuan dia setelah kematian.


Ketika generasi memahami tujuan dia setelah kematian, maka dia akan menjalankan kehidupan untuk mempersiapkan kematian. Dia akan hati-hati menjalani kehidupan karena takut melanggar aturan Allah.


Dia akan bekerja di dunia dengan maksimal usahanya karena itu merupakan bentuk ibadah. Dia akan menjadi individu yang berprestasi karena berprestasi adalah bentuk keyakinannya dalam menjalankan usaha sebaik-baiknya.


Generasi seperti inilah generasi berkualitas. Generasi seperti ini hanya akan dihasilkan oleh pendidikan dalam sistem Islam. Dalam Islam, agama dengan kehidupan saling beriringan. Tidak seperti pendidikan dalam sistem kapitalisme yang memisahkan agama dengan kehidupan. 


Pendidikan dalam sistem kapitalisme hanya mampu menghasilkan generasi yang cerdas secara akademik tetapi tidak memahami siapa dirinya, tidak memahami untuk apa dia diciptakan dan tidak paham kemana dia setelah kematian. Sangat wajar bila saat ini banyak perceraian, banyak kenakalan remaja, banyak bunuh diri karena mereka tidak paham tentang dosa, tidak paham tentang kewajiban mempersiapkan kematian.


Muslim Terbesar di Dunia


Penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Sejatinya bukan sesuatu yang sulit untuk menerapkan sistem Islam di Indonesia karena aturan Islam sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. 


Apalagi bila dilihat dari sejarah peradaban Islam yang pernah menjadi adidaya. Generasi yang dihasilkan adalah generasi sehebat Ibnu Sina yang bukunya masih menjadi rujukan dalam bidang kedokteran saat ini, generasi secerdas Al Khawarizmi, penemu angka 0 dan penemu algoritma, generasi sekeren Ibnu Al Haytam yang menemukan ilmu optik sebagai rujukan untuk pembuatan mikroskop dan teleskop.


Ada banyak generasi berkualitas yang dihasilkan dari kurikulum pendidikan sistem Islam. Sehingga tidak perlu ada keraguan untuk mengadopsinya.


Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan negara adidaya. Bila negara menerapkan sistem Islam, tentu akan mampu merealisasikan generasi yang berkualitas. Cita-cita menjadi negara maju di tahun 2045 bukan sesuatu yang mustahil untuk direalisasikan. Wallahualam bissawab. [SJ]