Alt Title

Potret Buram Dunia Pendidikan di Bawah Sistem Kapitalis

Potret Buram Dunia Pendidikan di Bawah Sistem Kapitalis

Kerusakan generasi termasuk persoalan sistematik, karena kasus perundungan kini telah menyerang satuan pendidikan tingkatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi

Bila dicermati akar permasalahan adalah diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang telah memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan, sistem ini telah merasuki tiga pilar pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan negara

______________________________


Penulis Purwanti 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menambah rentetan potret buram persoalan yang membelit di dunia pendidikan. Kasus pembunuhan mahasiswa UI yang di lakukan oleh seniornya. Motif pembunuhan di sebabkan karena pelaku iri dengan kesuksesan korban dan terlilit bayar kosan serta pinjol.


Berdasarkan data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat selama januari-juli 2023 telah terjadi 16 kasus perundungan di satuan pendidikan, empat diantaranya bahkan terjadi saat tahun ajaran sekolah 2023/2024 yang baru saja dimulai. Dari 16 kasus perundungan di satuan pendidikan sebagian besar terjadi di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi(Kemendikbudristek)87,5 persen sedangkan kasus perundungan yang terjadi pada satuan pendidik dibawah kewenangan Kementerian Agama 12,5 persen.(Republika, 05/08/2023)


PR Dunia pendidikan


Fenomena kasus perundungan semakin pelik, walaupun pemerintah telah membentuk program pendidikan Nawacita berbasis pendidikan karakter yang tertuang di Perpes dan Kepmendikbud RI terkait visi pendidikan karakter. Nyatanya hingga saat ini negara belum dapat membentuk generasi berakhlak dan beradab. Malah kriminalitas anak makin meningkat dan moral makin rusak.


Kasus penusukan siswa korban bully ke siswa yang diduga kuat kerap mem-bully di salah satu SMA di Samarinda. Kejadian Rejang Lebong, Bengkulu, dimana seorang guru menegur peserta didik karena kedapatan merokok. Si guru sempat menendang anak yang merokok tersebut. Orang tua tersebut tidak terima dan membawa ketapel ke sekokah lalu menyerang mata si guru hingga pecah dan mengalami kebutaan permanen.


FSGI mendata selama Januari-Juli jumlah korban perundungan di satuan pendidikan total 43 orang yang terdiri atas 41 peserta didik(95,4%) dan guru(4,6%). Pelaku perundungan didominasi oleh peserta didik yaitu sejumlah 87 peserta didik(92,5%)sisanya dilakukan oleh pendidk yaitu sebanyak 5 pendidik(5,3%), 1orang tua peserta didik(1%) dan kepala madrasah(1,1%). Artinya bahwa pelaku perundungan terbanyak dari peserta didik. (Tempo, 04/08/2023)


Akar Permasalahan Dunia Pendidikan


Semua persoalan yang membelit generasi muda membutuhkan solusi tuntas karena masa depan bangsa dan umat dipertaruhkan. Seharusnya negara tidak hanya berkutat bagaimana cara pencegah agar kasus perundungan tidak berulang tetapi harus mencari akar permasalahan kasus perundungan terus berulang.


Kerusakan generasi termasuk persoalan sistematik, karena kasus perundungan kini telah menyerang satuan pendidikan tingkatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bila dicermati akar permasalahan adalah di terapkannya sistem Kapitalis Sekuler yang telah memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan, sistem ini telah merasuki tiga pilar pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan negara.


Keluarga yang berfungsi sebagai madrasah pertama bagi anak untuk menanamkan nilai-nilai agama kini mulai terkikis oleh paham sekuler. Apalagi sistem Kapitalis semua pelayanan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan di kapitalisasi sehingga membuat beban hidup semakin berat. Peran orang tua sebagai pendidik pertama tidak berfungsi dengan semestinya karena disibukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, masyarakat yang berfungsi kontrol sosial dalam lingkungan, sekarang memiliki sifat acuh tidak mau peduli dikarenakan terlalu sering terjadi kasus perundungan akhirnya mereka mewajarkan kemaksiatan tersebut.


Sistem pendidikan yang diterapkan dalam sistem Kapitalis adalah sistem pendidikan dengan kurikulum sekuler. Artinya, materi dan metode pendidikan agama Islam didesain untuk menjadikan Islam sebagai pengetahuan belaka. Selain itu, jam mata pelajaran pendidikan agama dirancang sangat minimalis. Apalagi sistem ini mendewakan kebebasan, mereka bertingkah laku tanpa ada batasan. Tontonan mengandung unsur kekerasan sangat mudah diakses oleh semua pengguna media.


Kasus perundungan pada anak tidak lepas dari pendidikan sekuler yang telah menjauhkan individu masyarakat dari rasa kemanusiaan, membentuk individu liberal dan hedonis, serta tidak takut akan dosa apalagi tuhan. Apalagi sistem ini tidak memiliki aturan yang tegas selalu berubah-ubah sesuai dengan kepentingan, sehingga tidak membuat jera bagi pelaku maksiat. Semua ini menunjukkan bahwa sistem Kapitalisme telah gagal membentuk generasi berkepribadian Islam.


Islam Membentuk Generasi Cemerlang


Pembentukan generasi yang memiliki kepribadian Islam hanya akan diperoleh ketika syariat Islam diterapkan secara kaffah. Islam memandang generasi muda adalah aset bangsa, perhatian ini diwujudkan secara praktis di tiga pilar pendidikan Islam bagi anak yakni keluarga, masyarakat dan negara yaitu khilafah.


Di dalam keluarga Islam telah memerintahkan para orang tua untuk mendidik anak mereka dengan ketakwaan dan ketaatan. Anak-anak diajarkan sejak dini mengenali sebagai hamba Allah, sehingga selama hidupnya mereka akan sadar bahwa setiap perbuatan terikat oleh hukum syarak.


Mewujudkan lingkungan yang Islam, negara akan melarang kebiasaan yang bertentangan dengan Islam. Setiap kegiataan masyarakat haruslah selaras dengan tujuan pembentukan generasi berkepribadian Islam. Selain pengawasan negara, terbiasa amar makruf nahi mungkar yang dilakukan masyarakat akan menjaga generasi dari kemaksitan.


Islam memiliki konsep pendidikan yang berbeda secara diametral dengan konsep pendidikan sekuler. Perbedaan terbesarnya terletak pada ideologi yang melandasinya. Sistem pendidikan Islam didasarkan akidah Islam. Dan tujuan pendidik Islam adalah membentuk manusia bertakwa yang memiliki kepribadian Islam secara utuh yaitu pola pikir dan pola sikap di dasarkan pada akidah Islam. Sehingga, output yang dihasilkan dari pendidikan Islam adalah generasi yang bertakwa, tunduk, dan taat pada hukum-hukum Allah, bukan generasi yang miskin moral, lemah dan tidak memiliki ghirah agama.


Negara juga menutup semua tontonan yang bertentangan dengan Islam. Selain itu negara akan menegakkan sistem sanksi tegas. Sanksi Islam memiliki dua fungsi yaitu sebagai penebus dosa dan memberikan efek jera. Dengan begitu mereka yang melanggar tidak ada akan mengulangi perbuatannya.


Jika ingin menyelamatkan generasi, maka butuh solusi fundamental untuk menuntaskan permasalahan hingga akarnya, yakni mengganti sistem kapitalis sekulerisme yang menjauhkan manusia dari agama dengan sistem yang membuat manusia taat dan tunduk kepada aturan agama. Sistem ini yaitu sistem Islam, Khilafah. Wallahualam bissawab. [Dara]