Alt Title

Pembentukan OSIS Baru, Mampukah Meredam Gejolak Tawuran Pelajar?

Pembentukan OSIS Baru, Mampukah Meredam Gejolak Tawuran Pelajar?


Sebagaimana yang terjadi di masa kini, telah tampak kerusakan dalam diri mayoritas pelajar. Jelas bahwa semua itu terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua atau guru serta masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

Pemimpin berperan penting dalam menentukan kebijakan yang mampu mendukung orang tua, guru, dan masyarakat dalam membangun generasi gemilang

______________________________


Penulis Rismawati Aisyacheng

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pelajar adalah seorang anak yang belajar dan berproses menyerap ilmu pada diri mereka di masa-masa sekolah. Pelajar juga dimaknai sebagai masa-masa pencarian jati diri.


Oleh karena itu, masa-masa ini adalah kesempatan mereka mengekspresikan diri demi menemukan jati diri. Namun, tak sedikit di antara mereka yang terancam masa depannya akibat salah arah.


Sebagaimana yang baru-baru ini terjadi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, bahwa beberapa orang pelajar SMKN di kota Kendari telah terlibat tawuran. Bapak Yusmin selaku kepala Dikbud Sultra (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara), telah mengadakan rapat bersama para kepala sekolah.


Rapat tersebut merencanakan penggabungan para OSIS se-kota Kendari. Karena menurut beliau, kurangnya kegiatanlah yang memicu pelajar untuk melakukan tawuran. Karena itu, dengan pembentukan OSIS se-kota Kendari, Yusmin berharap mampu menjadikan wadah koordinasi antar sesama sekolah di Kendari. (TribunnewsSultra[dot]com, 06/08/2023)


Fakta tentang tawuran di atas, memberikan satu gambaran kepada masyarakat bahwa kondisi pelajar hari ini sangat memprihatinkan. Betapa tidak, masa-masa pelajar yang seharusnya digunakan untuk memasukkan ilmu-ilmu positif ke dalam diri mereka, tetapi justru sebaliknya, tidak mampu menyaring pemikiran atau hal buruk yang datang pada mereka.


Oleh karena itu, jelas sudah bahwa bukan hanya anak atau pelajar yang gagal paham, melainkan orang-orang di sekitarnya juga telah gagal memberikan pendidikan moral pada mereka. 


Adapun orang-orang yang sangat penting kedudukannya dalam mendidik dan mendampingi anak atau pelajar di masa mereka mencari jati diri adalah orang tua, guru, masyarakat, serta pemimpin negara beserta jajarannya.  


Mengapa demikian? 


Pertama, sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dan memiliki waktu lebih banyak bersamanya sepanjang hari. Dengan begitu, mereka punya peran besar dalam menanamkan akhlak serta akidah yang baik pada anaknya. Bukan hanya itu, Allah sudah menitipkan keturunan kepada orang tua, maka orang tua wajib hukumnya untuk menjaga, mendidik, dan membersamai anak-anak dalam mencari jati dirinya secara positif. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran utama dalam mendidik generasi muda. 


Rasulullah saw. bersabda,


وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {لِأنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ}.


"Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia mensedekahkan (setiap hari) satu sha.” (HR. At-Tirmidzi)


Kedua, sebab guru adalah orang tua kedua di sekolah atau bisa dikatakan penggantinya orang tua saat di sekolah. Di sekolah, guru mendidik anak-anak generasi bangsa menjadi pemuda-pemudi yang berakhlak mulia, sehingga mereka tidak bermental pemberontak. Oleh karena itu, peran guru menjadi peran kedua untuk membantu pembentukan karakter baik bagi pelajar-pelajar yang sedang mencari jati diri.


Ketiga, masyarakat juga memiliki peran penting untuk membersamai pelajar masa kini agar mereka menemukan jati dirinya dengan benar. Masyarakat berperan untuk memasang mata dan telinganya untuk melihat dan mendengar kondisi pelajar di lingkungan luar rumah dan sekolah.


Tujuannya jika menemukan perilaku yang negatif pada pelajar, maka masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memberikan penjelasan serta pelajaran serupa nasihat atau semacamnya kepada para pelajar yang hendak melakukan perbuatan negatif. Bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang merugikan bagi dirinya serta melanggar hukum syarak dan hukum negara, bukan justru sekadar menjadi penonton dari perbuatan buruk mereka.


Keempat, negara atau pemimpin negara juga tidak kalah penting perannya dalam menjaga dan membersamai pelajar dalam mencari jati dirinya. Sebab, orang tua, guru serta lapisan masyarakat membutuhkan dukungan kuat dari pemimpin negara dalam mendidik anak-anak bangsa agar menjadi penerus negara yang memiliki akhlak mulia. Tanpa peran negara maka hanya segelintir orang yang akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai pendidik generasi bangsa. 


Sebagaimana yang terjadi masa kini, telah tampak kerusakan dalam diri mayoritas pelajar. Jelas bahwa semua itu terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua atau guru serta masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.


Oleh karena itu, pemimpin berperan penting dalam menentukan kebijakan yang mampu mendukung orang tua, guru, dan masyarakat dalam membangun generasi gemilang. Karena sesungguhnya pemimpin punya tanggung jawab besar atas kesuksesan generasi dalam menemukan jati dirinya. 


Pembentukan OSIS Efektifkah Melindungi Karakter Pelajar?


Seperti yang tertuang dalam fakta di atas, bahwa Yusmin selaku Kepala Dikbud Sultra, merancang pembentukan OSIS se-kota Kendari dalam rangka menjauhkan anak dari mental tawuran. Karena menurut Yusmin, kemungkinan terbentuknya pola pikir dan pola sikap nakal pada anak-anak pelajar disebabkan dari tidak adanya aktivitas yang menyibukkan mereka.


Oleh karena itu, dengan adanya pembentukan OSIS maka pelajar akan fokus pada aktivitas OSIS. Namun, perlu dipahami bahwa tanpa adanya ilmu akhlak pada generasi pelajar maka mental pemberontak akan terus ada dan melekat pada diri mereka walaupun telah memiliki kegiatan yang menyibukkan.


Sebab, faktanya di kalangan pelajar telah dibentuk OSIS di masing-masing sekolah saat ini.  Namun hasilnya tetap sama saja, justru ada yang memiliki mental pesaing buruk. Alhasil, mereka ada juga yang melakukan segala cara demi mendapatkan kekuasaan atau kedudukan di OSIS. 


Berbeda halnya dalam sistem pendidikan Islam, yang sejak usia dini mewajibkan orang tua, guru serta masyarakat untuk benar-benar melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik generasi bangsa. Menjadi anak-anak yang bermental pejuang yang berakhlakul kharimah.


Oleh karena itu, untuk memperbaiki moral anak bangsa satu-satunya cara hanyalah mengganti sistem pendidikan sekuler yang hanya mementingkan materi semata, menjadi sistem pendidikan Islam yang mengutamakan akhlak atau moral yang mulia untuk anak-anak bangsa. Sebab hanya sistem Islamlah yang mampu membersamai generasi pelajar masa kini untuk menemukan jadi dirinya yang positif. 

Wallahualam bissawab. [SJ]