Alt Title

Tips dan Trik Cara Agar Istiqamah dari Ustaz Felix Siauw

Tips dan Trik Cara Agar Istiqamah dari Ustaz Felix Siauw



Akidah berkaitan dengan keyakinan. Dengan keyakinan tersebut, maka akan banyak beramal saleh, karena keyakinan mengantarkan pada aktivitas

Orang yang memiliki akidah yakin bahwa segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan. Jadi, akan melakukan segala sesuatu yang diridai Allah. Perbedaan orang yang memiliki akidah adalah merasa selalu diawasi Allah sehingga akan istiqamah

______________________________


KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - "Banyak sekali orang yang bertanya kepada saya, bagaimana cara agar kita selalu istiqamah? Tidak tergoda untuk melakukan maksiat dan senantiasa terhindar dari sifat futur," tutur Ustaz Felix Siauw dalam channel youtube miliknya. 


"Saya akan menyampaikan beberapa hal mengenai istiqamah, karena istiqamah ini merupakan bagian agama yang esensial," ungkapnya. 


Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Bagaimana kalau aku meminta suatu nasihat, sehingga aku tidak akan pernah meminta nasihat lagi". Rasulullah saw menjawab, "Katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu kemudian beristiqamahlah dengan keimanan itu."


Keimanan itu adalah satu hal, sedangkan istiqamah itu hal yang lain. Orang-orang berkata memulai itu lebih mudah daripada menjalani. Itu dikarenakan istiqamah sangatlah sulit. Ketika sudah mempunyai kunci untuk keselamatan agar mendapatkan keridaan Allah yaitu keimanan, maka yang menentukan adalah keistiqamahannya . 


Saking pentingnya istiqamah, ulama berpesan kepada kita bahwa sesungguhnya istiqamah itu lebih baik daripada 1000 karamah. Jadi, istiqamah memiliki banyak keutamaan. Orang yang istiqamah melakukan kebaikan-kebaikan yang kecil lebih utama daripada orang yang melakukan kebaikan besar tapi hanya satu kali. 


Ustaz mengungkapkan, "Lantas bagaimana caranya agar kita bisa istiqamah? Jawabannya ada 3 hal yang bisa mengantarkan kita pada keistiqamahan." 


Pertama, akidah yang merupakan kekuatan individual. Kata akidah berasal dari bahasa Arab 'aqada-ya'qidu-'aqdan-'aqidatan yang artinya sandaran. Akidah artinya cara kita menjawab why. Mengapa kita harus salat? Mengapa kita harus berpuasa? Ketika sudah berhasil menjawab pertanyaan itu, maka akan timbul keistiqamahan dalam diri kita. 


"Orang-orang yang mempunyai keistiqamahan tinggi karena dia bisa menjawab why. Sehingga bisa menjauhi maksiat. Contohnya orang tua lebih rajin datang ke masjid daripada anak muda, karena mereka lebih yakin kalau akan meninggal. Mereka merasa umurnya hanya sebentar lagi. Meskipun sudah lemah, karena merasa ajalnya semakin dekat. Akan lebih memilih masjid, daripada barang-barang mewah atau traveling ke luar negeri," ujarnya. 


Akidah berkaitan dengan keyakinan. Dengan keyakinan tersebut, maka akan banyak beramal saleh, karena keyakinan mengantarkan pada aktivitas. Orang yang memiliki akidah yakin bahwa segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan. Jadi, akan melakukan segala sesuatu yang diridai Allah. Perbedaan orang yang memiliki akidah adalah merasa selalu diawasi Allah sehingga akan istiqamah. 


Ustaz menceritakan bahwa pada zaman Rasul ada seorang laki-laki yang membeli tanah dari saudaranya. Lalu di dalam tanah tersebut ternyata ada bongkahan emas. Orang yang membeli tanah tidak langsung mengambil emas tersebut. Tetapi langsung menghubungi penjual tanah. Ia ingin mengembalikan emas itu kepada penjual. Tapi penjual berkata seluruh kekayaan di dalam tanah itu adalah milik pembeli. Hingga terjadi perdebatan panjang di antara keduanya. Akhirnya, mereka lapor ke hakim. 


Hakim bertanya apakah mereka berdua mempunyai anak. Mereka menjawab, yang satu memiliki anak perempuan, dan satu lagi mempunyai anak laki-laki. Keduanya sudah cukup umur untuk menikah. Akhirnya, hakim menyuruh mereka menikahkan anak-anaknya karena mereka berdua adalah orang yang baik. Emas yang ditemukan diberikan sebagai hadiah pernikahan. 


Ketika menggunakan aturan Islam, maka orang-orang takut akan perkaran yang tidak disukai Allah. Orang yang mempunyai akidah dan iman akan lebih istiqamah daripada yang tidak mempunyai iman. 


"Jadi, iman itu ada dua, yaitu keinginan untuk mendapatkan kebaikan dan kekhawatiran mendapatkan keburukan atau disebut juga dengan hope and fear. Iman kita kepada Allah mengantarkan pada keinginan mendapat rida Allah dan takut ketika mendapat dosa,"jelasnya.


Kedua, ukhuwah yang merupakan kekuatan jamaah. Manusia bisa memiliki akidah yang kuat, tetapi manusia didesain oleh Allah sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Jadi, ketika melakukan ketaatan pun tidak bisa sendiri-sendiri. Harus melakukan ketaatan bersama. Seperti perintah-perintah yang ada dalam Al-Qur'an. Perintah salat, puasa, semuanya berkaitan dengan jamaah. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya serigala itu akan memakan domba yang sendirian." Artinya, jika manusia itu dalam keadaan sendiri maka cenderung bermaksiat. 


"Misalnya orang yang berpacaran, cenderung memilih tempat yang sepi. Orang-orang akan melakukan ketaatan karena berjamaah, sedangkan maksiat itu sendiri. Jamaah itu baik, maksiat itu sendiri," bebernya. 


Rasulullah saw. menegaskan pada kita bahwa jamaah mendekatkan pada kebaikan. Manusia itu dalam hidupnya seperti menumpang kapal. Yang berada di bagian bawah jika ingin mengambil air, tentu harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikan saja kita membuat (satu) lubang di bagian kita ini, tentu  tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.”


Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang di bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Dan jika mereka melarang orang-orang yang di bawah berbuat demikian, maka mereka selamat dan seluruh penumpang dalam kapal itu akan selamat pula. 


Ustaz mengingatkan bahwa keistiqamahan tergantung pada amar makruf nahi mungkar. Carilah teman yang  baik, komunitas yang baik, dan bisa mengingatkan kita. Harus menaruh diri dalam supporting system yang baik.


Ketiga, syariat yaitu kekuatan sistem. Sistem adalah kekuatan yang sangat besar. Sistem Islam yang akan menghasilkan generasi baik. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Madinah seperti tungku api, membersihkan yang bersifat buruk dan meninggalkan yang baiknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Sistem yang buruk, akan memaksa orang untuk berbuat buruk. Sistem yang baik akan memaksa orang untuk berbuat baik. Siapa pun yang ada dalam sistem Islam, akan menjadi orang baik. Bagaimana bisa menjauhi khamr, riba, jika di dalam sistem sekarang khamr dan riba masih tersebar di mana-mana. Secara tidak langsung, kita sudah dipaksa untuk bermaksiat. 


"Kuatin akidah, cari komunitas yang baik, dan semoga kita bisa menikmati hidup di bawah sistem islam," pungkasnya. Wallahualam bissawab. [Siska]