Alt Title

Umat Rindu Pemimpin yang Amanah

Umat Rindu Pemimpin yang Amanah

Amanah kekuasaan dalam Islam  bukan hanya sekadar mengurusi urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat

Maka jika seorang pemimpin melalaikan kewajibannya terhadap urusan umat, bahkan berani mengkhianati jabatannya, maka Allah Swt. akan mengharamkan surga baginya. Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seorang yang diserahi oleh Allah tugas untuk mengurusi rakyat mati pada hari kematiannya sementara ia mengkhianati rakyatnya, Allah mengharamkan surga bagi dirinya." (HR. Al-Bukhari)


Penulis Nuni Toid

Kontributor Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi Komunitas AMK



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Perhelatan pesta demokrasi tak lama lagi akan digelar di negeri ini. Begitupun dengan partai politik yang mulai sibuk mempersiapkan anggotanya untuk maju ke parlemen. Sebagaimana dilansir dari tirto[dot]id (21/5/2023), partai politik peserta pemilihan umum serentak 2024 resmi mendaftarkan bakal calon anggota legislatif ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari ribuan nama dan beragam latar belakang yang didaftarkan, terdapat deretan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Berdasarkan Pasal 182 Huruf K dan Pasal 240 Ayat 1 Huruf K Undang-Undang (UU) Pemilu, mereka harus mundur dari jabatannya. 


Dilansir dari laman yang berbeda, sejumlah parpol lainnya, seperti Nasdem, PDI Perjuangan pun tidak mau ketinggalan. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan kadernya dari kalangan selebritis untuk menjadi calon legislatif (caleg). (bbc[dot]news[dot]indonesia, 12/05/2023)


Kegaduhan pencalonan caleg membuktikan betapa kedudukan bagi anggota dewan sangatlah menyilaukan mata. Sehingga demi meraih jabatan sebagai wakil rakyat, mereka rela mengundurkan diri dari jabatannya yang belum berakhir. Tentu saja tindakan yang dilakukan para pejabat sangatlah tidak etis, bahkan merugikan masyarakat. Hal itu juga yang disampaikan Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute, Arfianto Purbolaksono bahwa mundurnya kepala daerah merugikan rakyat. Sebab kepala daerah yang mundur akan digantikan pelaksanaan tugas (Plt). Akan tetapi Plt tidak bisa mengambil kebijakan strategis seperti penganggaran dan belum berakhir masa jabatannya. 


Begitupun dengan pencalonan yang dilakukan oleh para artis, menurut pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus, bakal pencalonan para selebritas menjadi anggota legislatif adalah cara mudah partai untuk mendongkrak suara atau kursi dari parlemen. Padahal mereka tidak cukup kuat dalam menyampaikan ide-idenya dalam parlemen. Di samping itu, melepaskan jabatan alias mundur dari kewajibannya yang belum usai, adalah salah satu ciri karakter yang tidak amanah. 


Namun itulah fakta yang terjadi. Ajang jabatan kekuasaan merupakan bayangan dalam sistem demokrasi-sekuler di negeri ini. Dimana kedaulatan mutlak ada pada manusia. Sehingga mereka berhak membuat undang-undang yang memperbolehkan para pejabat mundur dari jabatannya jika ingin kembali mencalonkan dirinya menjadi caleg. 


Ditambah dengan paham sekularisme, yakni aturan agama dipisahkan dari kehidupan. Agama cukup mengatur ranah pribadi saja, sedangkan dalam kehidupan umum agama tidak berhak mengaturnya. Karenanya akan mengaburkan arti kekuasaan yang sesungguhnya. Yang semestinya kekuasaan itu dijalankan dengan penuh tanggung jawab dalam  mengurusi rakyat. Tapi yang terjadi, mereka justru sibuk memperkaya diri dan golongannya sendiri.


Padahal semua perbuatan yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.. Apalagi bagi seorang pemimpin yang diberi amanah oleh rakyat. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang artinya, "Pemimpin yang memimpin rakyat adalah pengurus, dan dia akan bertanggungjawab atas rakyat yang dia urus.".


Begitulah seharusnya karakter pemimpin negeri ini. Bukan menghalalkan segala cara demi mendapatkan suara terbanyak. Sehingga kualitas pemimpin tidaklah diperhitungkan. Hanya kehadiran caleg yang lebih didahulukan. Maka tidak mustahil bila lambat laun  dari kalangan artislah yang akan dengan mudah masuk ke dalam parlemen. Walaupun dengan keterbatasan ilmu yang mereka miliki. 


Islam Melahirkan Pemimpin yang Amanah


Islam adalah aturan yang komprehensif, bukan hanya mengatur ibadah ritual saja tapi sebagai sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Sudah terbukti selama 13 abad lamanya Islam pernah menjadi peradaban dunia yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang amanah dalam menjalankan kekuasaannya. 


Amanah kekuasaan dalam Islam  bukan hanya sekadar mengurusi urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Maka jika seorang pemimpin melalaikan kewajibannya terhadap urusan umat, bahkan berani mengkhianati jabatannya, maka Allah Swt. akan mengharamkan surga baginya. Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seorang yang diserahi oleh Allah tugas untuk mengurusi rakyat mati pada hari kematiannya sementara ia mengkhianati rakyatnya, Allah mengharamkan surga bagi dirinya." (HR. Al-Bukhari)


Arti khianat menurut Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim adalah menjelaskan sebagai berikut, "Setiap orang yang melakukan hal ini yakni pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka, dipandang telah mengkhianati umat."


Begitulah kekuasaan dalam Islam adalah sebagai metode untuk menegakkan, memelihara dan mengemban urusan agama. Hal itu yang telah disyariatkan oleh Allah Swt.. Karenanya amanah bukanlah sesuatu hal yang bisa dipermainkan sesuai dengan kepentingan pribadi ataupun kelompoknya. Tapi amanah adalah sesuatu yang berat.


Pandangan itulah yang telah dipahami oleh para khalifah sepanjang peradaban Islam. Sehingga rakyat bisa menyaksikan betapa agungnya kepemimpinan pada masa kejayaan Islam. Seperti bagaimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz mematikan lentera yang merupakan fasilitas negara, ketika anaknya ingin berbincang dengannya yang bukan masalah umat. Dan masih banyak lagi para pemimpin Islam yang amanah dalam menjalankan kekuasaannya karena terikat dengan syariat-Nya.


Sungguh umat merindukan pemimpin yang amanah, yang akan mengutamakan kepentingan umatnya di atas kepentingan pribadi dan golongannya. Semua itu hanya ada dalam sistem yang sahih, yakni Islam. Maka sudah waktunya umat sadar dan bersatu untuk berjuang menerapkan kembali syariat Islam dalam bingkai daulah Islam. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []