Alt Title

Target Kemiskinan Nol Persen, Islam Memiliki Solusi Mengentaskan Kemiskinan

Target Kemiskinan Nol Persen, Islam Memiliki Solusi Mengentaskan Kemiskinan

Kemiskinan ekstrem yang terjadi sejatinya akibat penerapan aturan yang salah. Diperlukan penyelesaian yang mendasar, tidak bisa sekadar parsial yaitu, dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam

Kebijakan sebagus apapun, selama sistem kapitalisme masih digunakan tidak akan bisa mengentaskan kemiskinan apalagi menjadi nol persen

_____________________________


Penulis Siti Mukaromah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bantuan modal pemerintah memiliki target kemiskinan nol persen pada 2024, kenyataannya tetap tidak terlaksana maksimal. Persyaratan yang ketat dan tidak menyeluruh membuat masyarakat tidak mudah mendapatkannya. Akankah bantuan modal solusi tuntas kemiskinan?


Dikutip dari kompas[dot]com (27/05/2023), upaya PMN bantu pemerintah kurangi angka kemiskinan ekstrem. Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan, pihaknya optimis dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Sebab 47 persen masyarakat miskin di Indonesia yang telah keluar dari status tersebut kebanyakan mendapatkan bantuan modal dari PNM untuk membangun usaha.


Dalam menekan angka kemiskinan ekstrem, PNM mengintegrasikan data dengan Kemenko PMK agar teridentifikasi masyarakat yang perlu diberikan bantuan modal usaha. Dari integrasi tersebut 12 juta masyarakat miskin dan beberapa merupakan nasabah PNM. Arief optimis akan mendorong nasabah tersebut untuk lebih sejahtera dan keluar dari setatus kemiskinan.


Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan kemiskinan ekstrem di Indonesia terhapus tuntas pada 2024.


Buah dari Kesalahan Kebijakan


Kemiskinan ekstrem sesungguhnya merupakan buah dari kesalahan kebijakan. Kemiskinan ini akan terus ada, selama sebab utamanya belum terselesaikan. Kemiskinan akibat penerapan kapitalisme tidak dapat dimungkiri, yang menganut ideologi kebebasan kepemilikan.


Seseorang bebas memiliki kekayaan dengan cara apapun, dan satu sama lain bersaing untuk memperoleh materi masing-masing. Alhasil, kebebasan ini kemudian melegitimasi setiap orang tidak peduli jika mengumpulkan uang dengan cara haram, dan bertindak semaunya.


Bahkan, tidak peduli justru caranya akan merugikan orang lain. Dalam sistem kapitalisme ini mereka menerapkan aturan hukum rimba. Siapa yang kaya dan kuat dialah yang mampu mengembangkan bisnisnya. Sedangkan yang lemah akan kalah dan tertindas.


Kapitalisme adalah paham yang menilai segalanya dengan uang dan kebahagiaan materi duniawi. Pemikiran inilah yang membuat orang bersifat individualis, mementingkan kebahagiaan dunia saja, akhirnya membuat orang tidak sadar dan acuh pada lingkungan sekitarnya yang membutuhkan bantuan.


Sifat materialisme juga mendorong seseorang untuk mengutamakan kepentingan keuntungan.  Prinsip acuan ekonomi di sistem ini "dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapat hasil sebanyak-banyaknya". Wajar, jika berbagai cara para kapitalis ini melakukan pengeluaran yang minimal. Gaji kecil dan PHK salah satunya mereka lakukan. Hal ini menyebabkan masalah baru serta meningkatnya tunakarya. Mereka menjadi kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya karena tidak punya uang yang cukup. Muncullah orang-orang miskin baru menambah deretan kemiskinan ekstrem.


Negara dalam sistem kapitalisme terlebih hanya sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas bagi siapa saja yang memiliki modal yaitu para kapitalis. Alhasil, sebanyak apapun bantuan masyarakat yang diberikan, tidak akan bisa membantu dan menuntaskan persoalan kemiskinan ini akan tetap ada.


Kemiskinan ekstrem sejatinya bukan karena tidak memiliki SDA (Sumber Daya Alam). Termasuk negeri-negeri Muslim yang kaya raya dengan sumberdaya alamnya yang melimpah. Dari mulai berbagai jenis tambang, kekayaan laut,  tak terhitung jumlahnya, hutan, gas alam dan lainnya. Namun sayang, aset kekayaan alam umat ini dikuasai negara kapital dengan penjajahan secara halus melalui investasi, intervensi dan eksploitasi. Negara kapitalis khususnya AS, padahal adalah negara yang miskin dengan sumber alamnya. Kini, menjelma sebagai negara adidaya karena ideologi yang diembannya kapitalisme sekularisme. Penjajahan dari negara adidaya terhadap negera berkembang penyebab negara miskin. AS mengontrol segala kebijakan di negara berkembang, karena posisinya lemah secara global.


Kapitalisme menjadikan tidak hanya negara-negara berkembang pada jurang kehancuran, AS sebagai pengusung ideologi ini tak lepas dari kebobrokan sistem tersebut. Berulang kali negara adidaya ini mengalami krisis dan akan mengalami resesi. Artinya, kapitalisme pada dasarnya sistem yang rapuh. Tidak mampu mengatasi krisis ekonomi yang menyebabkan kemiskinan secara global.


Mekanisme Islam Menyelesaikan Kemiskinan


Berbeda dengan Islam Sistem kehidupan yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah mahdhah saja, Islam memiliki sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan dan sanksi. Apabila aturannya diterapkan seluruhnya akan menolong manusia mengatasi masalah seluruh kehidupan termasuk kemiskinan.


Ada beberapa hal yang dilakukan negara dalam sistem Islam (khilafah). Negara wajib menjadikan akidah Islam sebagai ideologi seluruh kebijakan, dengan begitu akan dibuat sesuai aturan Islam. Negara menjadikan Islam sebagai landasan wajib menerapkan sistem pemerintahan Islam (khilafah).


Negara membagi kekayaan menjadi tiga kepemilikan, yaitu individu, umum dan negara. Kekayaan yang dihasilkan individu, negara tidak membatasi jika mendapatkannya dengan cara halal. Adapun kekayaan umum yang berasal dari tiga jenis yaitu seluruh SDA seperti air, api dan Padang rumput. Negara hanya boleh mengelola dan tidak boleh menyerahkan kepengurusan kepada swasta apalagi dikelola orang asing. Negara harus mengembalikan hasilnya kepada rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara akan menyimpan pendapatan yang diperoleh dari jizyah, kharaj, fa'i, ganimah dan sebagainya di Baitulmaal.


Islam mewajibkan individu yang memiliki kekayaan melimpah untuk membayar zakat mal, zakat perdagangan, zakat pertanian dan sebagainya. Kemudian, zakat ini akan dimasukkan di pos khusus yang akan disalurkan orang yang berhak menerima zakat, salah satunya fakir miskin. Negara akan terus memberikan bantuan zakat selama keluarga tersebut masih terkategori miskin.


Negara juga akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dari sandang, pangan, papan,. kesehatan dan keamanan. Untuk memenuhi seluruh pelayanan yang sama orang kaya maupun orang miskin tidak ada perbedaan, negara mengambil biaya dari Baitulmaal.


Selain Itu, negara membuka lapangan pekerjaan padat karya yang akan menyerap tenaga kerja. Negara memberikan bantuan modal tanpa riba kepada siapa saja warganya yang tidak memiliki modal usaha. Bahkan, negara memberikan tanah yang mati atau tidak dimanfaatkan pemiliknya selama tiga tahun kepada warganya yang bisa menghidupkannya kembali.


Sebagaimana terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis, seluruh penduduknya tidak mau menerima zakat karena terkategori sudah mampu. Apabila kebijakan ini dilakukan negara lama kelamaan rakyat miskin akan hilang dan tidak ada lagi.


Kemiskinan ekstrem yang terjadi sejatinya akibat penerapan aturan yang salah. Diperlukan penyelesaian yang mendasar, tidak bisa sekadar parsial yaitu, dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Kebijakan sebagus apapun, selama sistem kapitalisme masih digunakan tidak akan bisa mengentaskan kemiskinan apalagi menjadi nol persen.


Terbukti hanya Islam yang dibutuhkan saat ini bukan sistem lainnya. Islam mampu mengatasi dan memberikan solusi permasalahan demi permasalahan kehidupan yang terjadi dengan penerapan Islam secara kafah dalam naungan khilafah. Wallahualam bissawab. []