Alt Title

Miris, Perilaku Perundungan Makin Sadis

Miris, Perilaku Perundungan Makin Sadis

Masyarakat tumbuh menjadi manusia yang mudah tersulut emosi, lalu saling membalas dengan kekerasan. Mereka yang berperilaku mencela dan menghina secara verbal dianggap wajar. Maka, tidak heran anak-anak akan tumbuh dan berkembang serta berperilaku dengan karakter masyarakat tersebut

Bahkan kebebasan berekspresi dan berperilaku menjadi faktor pemicu anak-anak mudah mengakses tontonan berbau kekerasan dan konten porno.  Faktor kebebasan ini yang menjadi model bagi orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak mereka

____________________________


Penulis Katwati Ummu Afif

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi Malang 




KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Perundungan yang dilakukan anak-anak makin marak terjadi. Baru-baru ini jagat maya dihebohkan dengan kasus meninggalnya MHD (9), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akibat dikeroyok kakak kelasnya pada Senin (15/05/2023).


MHD meninggal di RS Hermina yang sebelumnya mengalami kritis. Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka parah pada bagian organ dalamnya. Hasil visum, korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak. (KOMPAS[dot]com, 20/05/2023)


Sungguh miris, berulangnya kasus kejahatan anak-anak ini menyimpan banyak tanya. Mengapa kasus kejahatan ini sangat sulit dibendung, lalu bagaimana nasib bangsa ini ke depannya? Banyak hal yang mempengaruhi kasus perundungan, di antaranya:


1. Kurikulum yang tegak di atas nilai sekuler


Kurikulum sekuler mengakibatkan daya rusak akidah sangat dahsyat. Sekolah sebagai institusi pendidikan justru melahirkan anak-anak yang bermasalah. Kurikulum yang diterapkan tidak mampu mengarahkan para siswanya untuk beradab. Paham sekularisme telah mencabut ruh (kesadaran akan hubungannya dengan pencipta-Nya) para pelajar.


Pembelajaran ilmu umum tidak dipadukan dengan aspek agama. Pendidikan agama diajarkan hanya dalam ranah ritual dengan metode pembelajaran transfer pengetahuan. Wajar, jika output pendidikan sarat dengan kebebasan. Di antaranya, berbagai macam kasus perundungan yang terjadi saat ini baik verbal, fisik, cyber bullying, sosial merupakan bukti nyata hasil pendidikan kita.


2. Pola asuh baik keluarga dan masyarakat maupun tontonan.


Sebagian pihak memandang permasalahan perudungan ini karena lemahnya pengawasan orang tua dan buruknya pola asuh. Pola asuh ala sekuler mengakibatkan anak tidak kenal suasana keimanan. Dari orang tuanya yang tidak kenal agama, anak tidak dididik dengan agama, maka, orang tua dan anak tidak memiliki visi hidup yang benar sebagai hamba Allah Swt..


Juga masyarakatnya yang individualis, makin menjauhkan kepedulian antara sesama masyarakat, sehingga cenderung cuek jika terjadi perundungan karena merasa bukan anak sendiri. Masyarakat tumbuh menjadi manusia yang mudah tersulut emosi, lalu saling membalas dengan kekerasan. Mereka yang berperilaku mencela dan menghina secara verbal dianggap wajar. Maka, tidak heran anak-anak akan tumbuh dan berkembang serta berperilaku dengan karakter masyarakat tersebut.


Bahkan kebebasan berekspresi dan berperilaku menjadi faktor pemicu anak-anak mudah mengakses tontonan berbau kekerasan dan konten porno. Dari beberapa kasus perundungan pada siswa SD tersinyalir pelakunya mengakses konten pornografi dan kekerasan lewat ponsel. Faktor kebebasan ini yang menjadi model bagi orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak mereka.


Hanya sistem Islam yang bisa mengatasi perundungan


1. Landasan keimanan


Dengan keimanan seseorang akan menjauhkan dari perbuatan yang tercela. Ia akan menyadari, bahwa setiap perbuatan akan dilihat oleh Allah Swt. dan nanti akan diminta tanggung jawab di akhirat.


2. Sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu berkepribadian dan beraklak mulia


Negara menerapkan sistem pendidikan ini disetiap jenjang sekolah dan satuan pendidikan. Negara menjalankan fungsinya mengontrol media  masa dan informasi yang mudah diakses anak-anak. Negara juga melarang keras konten-konten yang berbau kekerasan dan pornografi.


3. Pola asuh orang tua dalam suasana keimanan


Orang tua berusaha paham agama, perhatian ke anak pada suasana keimanan. Jadi, anak kenyang dengan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Ia tumbuh dalam keimanan dan akan menjadi pribadi yang hebat. Anak-anak akan peduli kepada sesama dan jauh dari kata cela-mencela.


4. Penerapan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam akan melahirkan masyarakat Islam yang bertakwa


Budaya amar makruf nahi mungkar berjalan dengan baik. Dakwah sebagai poros hidup setiap individu yang akan menolak tindakan yang bertentangan dengan syariat Islam termasuk perundungan. Ini semua bisa diterapkan dan dilaksanakan jika aturan Islam diterapkan dalam sebuah institusi negara Khilafah Islamiyah.

           

Sebagaimana sabda Rasulullah saw. terkait tanggung jawab pemimpin negara: "Imam (kepala negara) itu adalah pengurus rakyat dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus." (HR. Muslim dan Ahmad)


Jadi sangat jelas bahwa perundungan yang dilakukan anak-anak ini adalah akibat dari tegaknya sistem kapitalis. Maka, mari kita campakkan sistem buatan manusia ini, dan beralih ke sistem yang telah terbukti menghasilkan generasi yang berkualitas, yakni sitem Islam kafah. Wallahualam bissawab. []