Islam Mengarahkan Potensi Kepemimpinan Pemuda
OpiniTerbukti, ketika kaum muslimin berpegang teguh pada ideologinya, dan menjadikan Islam sebagai asas pembangunan generasinya, termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya, lahirlah generasi cemerlang yang mampu membangun peradaban yang juga cemerlang
Orientasi hidup mereka bukan hanya sebatas kepentingan diri, tetapi juga memiliki visi keumatan berbasis ideologi yang didukung oleh sistem hidup yang mumpuni dan kondusif
______________________________
Penulis Rifka Nurbaeti, S.Pd.
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pemerintah telah menetapkan tiga fokus pembangunan pemuda dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023. Ketiga hal tersebut yakni, penguatan koordinasi lintas sektor pelayanan kepemudaan tekait sinergisitas antara pusat dan daerah; peningkatan partisipasi peran aktif permuda terutama melalui kewirausahaan berbasis inovasi dan teknologi; serta pencegahan perilaku yang berisiko bagi pemuda termasuk pencegahan perilaku negatif (perundungan, intoleransi, HIV, NAPZA, seks bebas, dan lain-lain).
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Femmy Eka Kartika Putri menyatakan dalam pembangunan pemuda, pemerintah juga akan fokus terhadap hal-hal yang belum tuntas di tahun 2022. Terutama yang berkaitan dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 mengenai Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024 dan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2022 perihal Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan. (Portal Kominfo)
Pengaruh globalisasi ekonomi menuntut Indonesia agar terus mengerahkan segala upaya untuk bisa merealisasikannya sebagaimana keinginan pertumbuhan ekonomi global. Terlebih lagi dengan kondisi krisis ekonomi saat ini yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Krisis dunia yang terjadi sebagai alasan pemberdayaan pemuda untuk menjadi penyelamat ekonomi. Pemberdayaan ini telah menyentuh ranah pendidikan. Membidik para pemuda berpendidikan agar turut serta berperan dalam rangka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Bentuk sekularisasi pada pendidikan telah berhasil membawa pengaruh terhadap cara pandang para generasi Muslim yang akhirnya berkiblat ke peradaban Barat. Mereka menjadi pembebek dengan semua pemikiran, standar, dan arah yang ada di dalam peradaban Barat. Tak terkecuali dalam hal pembangunan negara.
Menganalisis apa yang terjadi, terdapat tiga jeratan kapitalisme dengan desain industrialisasi yang semakin menjauhkan pemuda Islam dari identitasnya yaitu, pertama, serangan life style (gaya hidup) dan eksploitasi sumberdaya ekonomi. Dampaknya, sifat konsumtif dibangun oleh korporasi kepada para pemuda merupakan bagian dari pada skenario mereka. Kedua, pemuda aset industri/tenaga kerja. Mereka diarahkan untuk menggerakkan ekonomi industri meminimalisasi upah sekecil mungkin tetapi memanfaatkan jasa sebanyak-banyaknya. Ketiga, pemuda menjadi conveyor belt (sabuk penguat) industrialisasi. Sejatinya pemberdayaan ekonomi pemuda ini bukanlah untuk pemuda itu sendiri melainkan untuk para korporasi dengan memanfaatkan tenaga dan skill pemuda. Alih-alih pemberdayaan, yang terjadi adalah pembajakan pemuda untuk menjadi mesin-mesin industri para kapitalis.
Permasalahannya, semua bermula dari paradigma penguasa. Mulai dari soal visi, misi, dan fungsinya dalam bernegara. Bergantung pula pada bagaimana sudut pandang mereka menyangkut potensi para pemuda serta tanggung jawab mereka terhadap para pemuda. Sayangnya, dalam sistem pemerintahan sekuler-kapitalisme, posisi penguasa memang hanya sebagai regulator dan wasit saja. Penguasa dan negara bukan berfungsi sebagai pengurus dan penjaga umat sebagaimana diajarkan Islam. Mereka hanya hadir demi melegitimasi kerakusan para pemilik modal atau para korporasi.
Sejatinya, dalam sistem Islam (Khilafah Islam) konsep perubahan yang benar bukan sekadar maju dari pembangunan, teknologi melainkan bagaimana membagun peradaban mulia sesuai tuntunan wahyu. Sejarah telah membuktikan bahwa peradaban Islam diusung oleh para pemuda. Bagaimana sirah Rasulullah saw. menggambarkan kelompok dakwah Rasul diisi para pemuda. Misal saja kisah Usamah bin Zaid pada usianya yang baru menginjak 18 tahun. Beliau diperintahkan oleh Rasulullah saw. menjadi pemimpin pasukan kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Syam. Tentu kita juga tidak lupa kisah heroiknya sang penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih yang diangkat menjadi Sultan pada usianya yang masih sangat muda.
Terbukti, ketika kaum muslimin berpegang teguh pada ideologinya, dan menjadikan Islam sebagai asas pembangunan generasinya, termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya, lahirlah generasi cemerlang yang mampu membangun peradaban yang juga cemerlang.
Mereka adalah para generasi atau pemuda yang memiliki ketakwaan tinggi. Namun pada saat yang sama, mereka memahami bagaimana menyikapi dan memberi solusi atas permasalahan kehidupan dengan skill yang memadai dan sesuai aturan syariat. Orientasi hidup mereka bukan hanya sebatas kepentingan diri, tetapi juga memiliki visi keumatan berbasis ideologi yang didukung oleh sistem hidup yang mumpuni dan kondusif. Ke arah inilah pemberdayaan pemuda Muslim harus ditujukan. Wallahualam bissawab. []