Alt Title

Menyibak Korban Tak Kasat Mata Akibat Inflasi Dunia

Menyibak Korban Tak Kasat Mata Akibat Inflasi Dunia

Permasalahan utamanya adalah karena diterapkan sistem kapitalisme global yang hanya berpihak kepada para pemodal saja. Kapitalisme yang memberikan hak yang besar kepada individu/swasta/korporasi untuk memiliki apa saja adalah konsep yang sangat berbahaya. Karena dengan menguasai komoditas yang tidak dibenarkan dalam Islam untuk dimiliki individu, itu akan mengakibatkan masalah lain yang luas dan berimplikasi sangat buruk. Seperti, kepemilikan sumber daya alam yang berpindah tangan, infrastruktur yang dibutuhkan rakyat akan dimiliki swasta baik domestik maupun asing, hal itu akan merugikan hak-hak rakyat untuk memanfaatkannya

________________________


Penulis Heni Rohmawati, S.E.I.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah




KUNTUM CAHAYA.com, OPINI - Inflasi tak kunjung henti, hingga kini harga komoditas pangan masih membumbung tinggi. Rakyat tercekik dan terhimpit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun sekadar makan.


Inflasi global yang terus terjadi menyerang berbagai benua membuat masyarakat dunia terus menderita. Di antara korban tersebut adalah para lansia (lanjut usia). Sebenarnya semua umur tengah merasakan dampaknya, akan tetapi kondisi para lansia juga sangat memprihatinkan. Dan mereka memerlukan perhatian lebih, agar bisa bertahan dalam kondisi sulit. 


Di antara hiruk pikuk warga dunia menghadapi inflasi, ada kisah pilu tersendiri yang dirasakan oleh para lansia. Salah satunya yang dialami oleh Messeret Addis. Wanita yang berusia 83 tahun ini berjuang untuk menghidupi cucu-cucunya. Meskipun hidungnya harus terhubung selang kanula, ia tetap berjuang sambil terbaring di tempat tidurnya.


Addis dan ketiga cucunya tinggal di ibu kota Ethiopia dan mereka tidur dalam sebuah ruangan kecil. Anaknya yang telah meninggal menjadikan ia nenek yang harus memenuhi dan menjaga cucu-cucunya. Ia pun seorang janda. 


Ia hanya menemukan makanan satu kali dalam sehari, dan itu pun tidak setiap hari. Karena ketiga cucunya sarapan dan makan siang di sekolah. Ia mengatakan bahwa mereka hanya makan Qolo. Yaitu makanan tradisional campuran biji-bijian yang dipanggang, minum air dan tidur. Jika ia tak menemukannya, ia tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh menyedihkan.


Addis tak sendiri, berdasarkan warta yang dilansir dari BBC (29/4/2023), pihak BBC telah meriset sejumlah lansia wanita dan pria di berbagai belahan dunia untuk lebih memahami akibat krisis yang melanda . 


Berbagai testimoni dapat disimpulkan bahwa mereka mengalami kerentanan ekstrem. Semakin tergantung pada badan amal dan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Mereka ditinggalkan, ketika pihak yang lebih vokal berbicara, lansia makin terabaikan. 


Dengan kondisi semacam ini, banyak lansia yang melakukan langkah-langkah drastis. Sebagaimana hasil penelitian oleh Help Age (sebuah jaringan amal yang diprakarsai lembaga internasional) yang menyatakan, para lansia untuk bertahan hidup mereka melakukan hal-hal yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya. Di antaranya ada yang mengemis, menggunakan bank makanan, bahkan ada yang mencoba bunuh diri berkali-kali karena depresi.


Mengapa Inflasi Terus Terjadi?


Kemiskinan ekstrem yang melanda lansia dan mayoritas masyarakat dunia seolah tak ada ujung akhirnya. Dampak kerusakannya demikian luasnya. Tak mengenal batas wilayah dan usia. Jika terus berlanjut, maka akan mengancam kehidupan manusia secara massal. 


Dunia yang kini dikuasai oleh kapitalis global telah membawa mayoritas manusia dalam kubangan kesengsaraan. Segelintir elit bisa pamer kekayaan dan bagi-bagi kue kekuasaan, di sisi lain banyak manusia yang tak mampu membeli makanan.


Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini memang mampu meningkatkan pertumbuhan produksi tapi minus pemerataan distribusi. Walhasil kesejahteraan adalah mimpi bagi sebagian besar orang yang hidup dalam garis kemiskinan. 


Meskipun penyebab inflasi global disinyalir karena dampak dari serangan Covid-19, perang antara Rusia dan Ukraina, serta tingginya harga energi, namun sesungguhnya itu hanya masalah komorbid dan bukan permasalahan utama. 


Permasalahan utamanya adalah karena diterapkan sistem kapitalisme global yang hanya berpihak kepada para pemodal saja. Kapitalisme yang memberikan hak yang besar kepada individu/swasta/korporasi untuk memiliki apa saja adalah konsep yang sangat berbahaya. Karena dengan menguasai komoditas yang tidak dibenarkan dalam Islam untuk dimiliki individu, itu akan mengakibatkan masalah lain yang luas dan berimplikasi sangat buruk. Seperti, kepemilikan sumber daya alam yang berpindah tangan, infrastruktur yang dibutuhkan rakyat akan dimiliki swasta baik domestik maupun asing, hal itu akan merugikan hak-hak rakyat untuk memanfaatkannya. 


Karena kapitalisme berpihak pada swasta/korporasi, maka sudah barang pasti orientasinya adalah cuan. Ya, hanya cuan yang selalu menjadi tolak ukur pelayanan. Tidak sepenuh hati. Rakyat yang tak punya uang, siap-siap gigit jari. Tak bisa mengakses komoditas yang dibutuhkan sekalipun itu haknya.


Faktor-faktor di atas adalah penyebab penawaran dan permintaan tidak seimbang dan tidak dapat dikontrol oleh penguasa masing-masing negara. Peredaran fiat money atau uang fiat yang melebihi stok barang dan jasa yang ada di tengah-tengah masyarakat. Serta tidak memiliki nilai instrinsik yang stabil.


Belum lagi permasalahan distribusi yang sangat tidak mampu memberikan akses yang mudah kepada masyarakat untuk mendapatkan berbagai komoditas dan jasa yang diperlukan, turut memicu terjadinya inflasi berkepanjangan. 


Cara Islam Mengendalikan Harga


Inflasi yang tak terelakkan tentu dipengaruhi oleh bagaimana kontrol negara dalam menjamin kestabilan supply dan demand. Tinggi atau rendahnya harga suatu komoditas dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Dalam hal ini khilafah akan memantau pergerakan permintaan dan penawaran yang terjadi di masyarakat guna menyiapkan berbagai strategi dalam menjamin ketersediaan barang dan jasa agar harga-harga selalu stabil. 


Apabila inflasi terjadi, negara Islam akan menerapkan beberapa hal berikut ini, yaitu: pertama, menjaga penawaran dan permintaan di pasar agar tetap seimbang. 


Kedua, jika penawaran barang dan jasa berkurang yang mengakibatkan naiknya harga barang dan jasa maka negara akan menyediakan barang yang dibutuhkan dari tempat lain. 


Ketiga, jika berkurangnya penawaran karena adanya penimbunan, maka negara akan menindak tegas dengan ta’zir. Dan mengembalikan barang yang ditimbun di pasar. 


Keempat, jika kenaikan harga terjadi karena adanya penipuan, maka negara akan memberi sanksi ta’zir. 


Kelima, agar tak terjadi inflasi negara wajib menjaga nilai mata uangnya. Mata uang yang digunakan adalah emas dan perak yang memiliki nilai intrinsik sehingga stabil. Tak mudah naik turun nilainya. 


Cara Khilafah Menjamin Kesejahteraan Lansia


Penguasa negara khilafah sadar betul bahwa keberadaannya tidak lain dan bukan adalah khadimul ummah (pelayan umat). Yang mengurusi dan melayani rakyat dengan sepenuh hati sesuai perintah Allah Swt. dan telah dicontohkan oleh Sang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam


Setiap manusia pasti membutuhkan sandang, pangan dan papan. Juga kesehatan, pendidikan dan keamanan. Termasuk lansia. Karena inilah kebutuhan dasar manusia yang wajib disediakan oleh negara. Namun mekanismenya bisa melalui dua hal. Yang pertama, mekanisme ekonomi. Yaitu negara memerintahkan setiap laki-laki yang telah balig, berakal dan mampu untuk mencari nafkah. 


Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya termasuk orang tua yang telah lanjut usia. Dalam hal ini negara wajib menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya agar para laki-laki yang memiliki tanggungan pernafkahan bisa bekerja. 


Adapun jika mekanisme yang pertama tidak dapat dijalankan, maka negara akan menerapkan mekanisme kedua, yaitu mekanisme non-ekonomi. Salah satunya adalah dengan punishment. Yaitu apabila seorang laki-laki dalam keadaan mampu tapi enggan bekerja mencari nafkah. Dalam keadaan seperti ini negara akan menjatuhi sanksi ta’zir. 


Dengan mekanisme tersebut, niscaya adanya kaum yang terabaikan akan dapat diminimalisasi. Sayangnya konsep seperti ini hanya akan terwujud apabila sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi Islam yang mengatur kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan juga distribusi yang sesuai dengan Islam. 


Sistem ekonomi Islam tak bisa berdiri sendiri. Atau sengaja dicangkokan dengan sistem kapitalisme seperti ini. Namun harus berkaitan erat dengan sistem politik Islam, sistem pemerintahan Islam dan segenap syariat yang telah diturunkan oleh Allah Swt. Siapa yang tak merindukan kembalinya sistem tersebut? Wallahu a’lam bi ash-shawwab. []