Alt Title

JANGAN LATAH JELANG RAMADHAN

JANGAN LATAH JELANG RAMADHAN


Bak menjadi kebiasaan yang selalu terjadi dan sebut saja 'latah' yang tak diinginkan oleh emak-emak. Setiap ada momen tertentu, pasti harga sembako kian merangkak naik. Baik menjelang Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, ataupun lainnya


Hal itu semakin memberatkan masyarakat. Belum lama bahan bakar kendaraan naik. Kini, harus menelan pil pahit dengan kenaikan harga sembako. Padahal komoditas tersebut adalah bahan pokok yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat


Penulis Mulyaningsih

Kontributor Kuntum Cahaya dan Pemerhati Keluarga


KUNTUMCAHAYA.com-Tak terasa bulan suci akan segera menghampiri. Suasana suka cita pasti terasa dan tergambar di wajah kaum muslim. Namun, tetap saja ada suasana sedih yang menyelimuti. Salah satunya adalah harga sembako yang mulai merangkak naik. Rasanya selalu saja 'latah' akan kenaikan harga saat Ramadan datang. Sedih memang, kini emak-emak harus mengatur lagi belanjanya karena momen Ramadan pasti mengeluarkan cuan yang banyak.


Dkutip dari semarangpos[dot]com (13/03/2023) sejumlah komoditas pangan di Pasar Peterongan, Kota Semarang-Jawa Tengah mulai merangkak naik menjelang Ramadan 2023. Kenaikan harga sembako akan berlanjut hingga H-3 bulan suci. Salah satu pedagang Irma, mengatakan harga sembako mulai naik walau masih dalam taraf wajar.


Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang Nurkholis, beras dan telur menjadi dua komoditas pangan yang harganya fluktuatif. Selain itu, bawang merah dan cabai juga mengalami hal yang sama.


Kenaikan harga komoditas bahan pokok menjadi sesuatu yang wajar. Bak menjadi kebiasaan yang selalu terjadi dan sebut saja 'latah' yang tak diinginkan oleh emak-emak. Ya, itulah fakta yang terjadi di negeri ini. Setiap ada momen tertentu, pasti harga sembako kian merangkak naik. Baik menjelang Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, ataupun yang lain.


Tentunya hal itu semakin memberatkan masyarakat, karena belum lama bahan bakar kendaraan naik. Kini, harus menelan pil pahit dengan kenaikan harga sembako. Padahal komoditas tersebut adalah bahan pokok yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.


Walaupun diadakan operasi pasar murah di berbagai wilayah, namun nyatanya hal tersebut hanya terjadi sesaat. Kita tahu, bahwa operasi pasar tersebut cepat habis dan sebagian besar diborong oleh orang yang notabenenya mampu. Artinya, habis ludes oleh orang-orang yang berduit, sementara rakyat jelata tidak kebagian.


Berarti, operasi pasar tersebut belum mampu memberikan solusi yang tepat atas persoalan kenaikan harga ini. Lantas kita bertanya-tanya, mengapa hal ini bak latah yang disengaja? Setiap Ramadan, barang kebutuhan pokok menjadi naik semua. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi dan terus berulang?


Dari sini kita bisa melihat bahwa fenomena yang terjadi di negeri ini karena abainya negara terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, gagalnya negara dalam menjaga stabilitas harga dan stok barang (pasokan) dinilai belum cukup terhadap permintaan yang ada. 


Selain itu, adanya permainan dari para kapital dalam memainkan kenaikan harga sembako. Tentunya mereka sudah paham bahwa menjelang Ramadan pasti harga seluruh barang akan naik. Dan itu menjadi lumrah di tengah masyarakat.


Penumpukan barang bisa saja terjadi karena menunggu momen yang pas untuk kemudian dikeluarkan ke pasaran. Sehingga wajar, bila suatu komoditas tiba-tiba habis dan harganya naik. Ini menjadi rahasia umum yang sudah diketahui oleh semua orang. Belum lagi permainan monopoli yang selalu terjadi.


Itu semua, sebagai efek dari sistem yang diterapkan saat ini. Kapitalisme membuat semua orang menjadi bermuatan akan manfaat dan materi. Seluruhnya harus distandarkan pada dua hal tersebut. Sehingga yang terjadi ketika ingin menaikkan omset dan mendapatkan keuntungan yang banyak. Berbagai hal dilakukan agar tujuan mereka terlaksana dengan baik. Salah satunya adalah menimbun barang agar harganya naik.


Hal tersebut sangat bertentangan dengan Islam. Islam sangat melarang siapapun untuk melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Serta melarang praktik monopoli suatu kelompok atau swasta untuk menguasai hajat hidup masyarakat.


Selain itu, mengharamkan kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk meraup keuntungan. Karena dalam Islam, negara akan bertindak tegas untuk memberikan sanksi kepada para pelaku. Hakim pasar atau Qadhi Hisbah akan memantau seluruh aktivitas yang terjadi di pasar, sehingga kecurangan serta hal lain tak akan pernah terjadi. 


Dengan begitu, masyarakat akan mudah memenuhi kebutuhan. Karena negara berkewajiban penuh untuk mengurusi urusan masyarakat, apalagi soal kebutuhan pokok. Sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra..


Beliau setiap malam selalu mengontrol rakyatnya apakah sudah makan atau belum. Hingga suatu saat beliau mendapati rakyatnya yang kelaparan saat malam hari. Keluarga tersebut beranggotakan seorang ibu dan dua anak. Tanpa pikir panjang, Khalifah Umar langsung memikul sekarung gandum untuk keluarga itu dan memasaknya agar bisa dikonsumsi oleh ibu dan kedua anaknya. 


Gambaran di atas seharusnya dapat dilakukan oleh pemimpin saat ini. Amanah yang ada di pundaknya harus dijalankan secara sempurna, karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban di Yaumil Akhir. 


Alhasil, hanya Islam yang mampu menerapkan secara sempurna dan menyeluruh. Mampu memberikan solusi atas segala persoalan kehidupan manusia. Begitu pula dengan harga kebutuhan pokok yang akan tetap stabil dan stok bahan pokok yang memadai.


Sehingga tak ada masyarakat yang terzalimi karena kenaikan harga bahan pokok. Apalagi saat Ramadan, biarkan kaum Muslim fokus pada ibadah. Karena Ramadan hanya satu bulan dalam setahun. maka, optimalkan hal tersebut. Selain Allah Swt. membuka pintu ampunan yang luas, obral pahala diberikan kepada seluruh hamba-Nya yang taat. Sehingga tak seharusnya kaum Muslim pikirannya tercabang karena masalah kenaikan harga. Semoga 'latah' kenaikan harga ini tidak terus terjadi. Wallahualam bissawab.