Kelamnya Pendidikan Sekuler Masa Kini
Opini
Sebuah sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan dan menjadikan materi sebagai orientasi utama
berhasil membunuh potensi besar mahasiswa sebagai makhluk intelektual
______________________________
Penulis Ilma Kurnia Pangestu, S.P
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Generasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Deretan berita kematian mahasiswa yang terjadi di berbagai daerah menjadi perhatian publik, pasalnya kematian ini dilakukan dengan cara bunuh diri. Penyebab terjadinya bunuh diri pun beragam, mulai dari perundungan, persoalan asmara, depresi, utang pinjol, hingga tekanan dalam proses pembelajaran di kampus.
Dikutip dalam sebuah laman radarsemarang.com (15/8/2024) menyebutkan, adanya beberapa kasus bunuh diri yang dilakukan di berbagai universitas di Indonesia dari mulai mahasiswa Fakultas Hukum Undip Semarang, mahasiswa IPB, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), dan terbaru kematian mahasiswa PPDS Anestesi Undip pekan lalu. Kenyataan yang sungguh menyesakkan dada. Pendidikan tinggi seharusnya mencetak generasi menjadi orang-orang kuat menghadapi hidup dengan bekal ilmu yang dimiliki, akan tetapi kenyataannya pendidikan tinggi saat ini justru membuat generasi bermental rapuh dan berada di bawah tekanan.
Kondisi seperti ini menunjukkan pendidikan yang membuat generasi tidak memiliki prinsip hidup kuat, akhirnya mereka tidak mampu berpikir benar dalam menentukan tujuan hidup. Menjadikan kehilangan arah dan terasa lelah dalam menjalani kehidupan apa pun yang dituntut berdasarkan nilai materi.
Pendidikan seperti ini adalah hasil dari pendidikan sekularisme kapitalisme. Sebuah sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan dan menjadikan materi sebagai orientasi utama, berhasil membunuh potensi besar mahasiswa sebagai makhluk intelektual. Di mana agama seharusnya dijadikan sebagai fondasi berpikir, bukan hanya dianggap sebagai kebutuhan rohani.
Parahnya, mereka juga ditakut-takuti agar tidak mengikuti kajian Islam kafah di luar jam mata kuliah, karena kajian seperti itu dianggap radikal dan aliran sesat. Sementara di perkuliahan, mereka dijenuhkan dengan orientasi materi yang hanya mengejar dunia.
Inilah faktor yang membuat kondisi kejiwaan mahasiswa kian rapuh, karena mereka perlahan dipaksa tidak boleh mengenali agama sebagai jalan hidupnya sehingga kehilangan arah.
Padahal Allah telah menetapkan bahwa orang berilmu, merekalah orang yang bertakwa, sebagaimana penjelasan di Al-Qur'an surah Al-Mujadillah ayat 11 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan padamu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah,” maka berdirilah. Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Maka, pendidikan yang diberikan kepada generasi pun seharusnya pendidikan yang mampu mencetak generasi berkepribadian Islam. Sejatinya tujuan dalam pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian Islam dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang kaitannya dengan problematik hidup supaya dapat menyolusi sebuah masalah sesuai dengan koridor Islam.
Dalam pendidikan Islam dilakukan secara bertahap yaitu:
Pertama, dimulai dengan peningkatan kualitas kepribadian Islam secara intensif pada diri mahasiswa perguruan tinggi bagi yang telah sempurna pembinaannya di jenjang pendidikan sekolah. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa bisa menjadi pemimpin dalam memantau permasalahan-permasalahan genting bagi umat dan mampu mengatasinya. Agar permasalahan krusial ini tetap hidup dan menjadi pusat perhatian di dalam benak dan perasaan mereka, maka pendidikan tsaqafah Islam harus diberikan kepada para mahasiswa tanpa memandang spesialisasinya.
Pembekalan materi beragam mulai dari fikih, Al-Qur'an dan hadis, tafsir, ushul fikih, dan lain-lain diberikan untuk membentuk mahasiswa agar senantiasa memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai Islam.
Kedua, membentuk perkumpulan ulama yang mampu melayani kemaslahatan hidup umat untuk menjaga kelestarian hidup seperti terpenuhinya kebutuhan asasi, makanan, air, tempat tinggal, keamanan, dan pelayanan kesehatan. Selain itu dapat menyusun rencana jangka pendek maupun jangka panjang yang strategis, sehingga perguruan tinggi dituntut untuk mencetak para peneliti yang kompeten dalam ilmu dan praktik untuk menyediakan dan menyelesaikan masalah tersebut.
Ketiga, mempersiapkan orang-orang untuk mengelola urusan umat, seperti para hakim (qadhi), para pakar fiqih, dokter, insinyur, guru, penerjemah, manajer, akuntan, perawat, dan lain-lain.
Tujuan pendidikan Islam ini sebagai ikhtiar para generasi dalam mencari ilmu agar menjadi orang yang mulia yakni manusia bertakwa, berkepribadian Islam, dan berguna untuk urusan kemuliaan Islam dan umat manusia.
Sangat nampak jelas bahwa dalam pendidikan Islam pemahaman agama senantiasa dikaitkan dengan kehidupan. Dan kembali lagi pada dasarnya bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, sehingga mahasiswa akan senantiasa disibukkan untuk melakukan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) sesuai ilmu yang dimilikinya.
Begitu mulianya sistem pendidikan Islam untuk mencetak mahasiswa berkepribadian Islam. Maka sudah selayaknya penerapan sistem pendidikan islam ini diwujudkan agar bisa mencetak generasi penerus yang kuat dan berkompeten.
Wallahualam bissawab. [SM-EA/MKC]