Hilangnya Naluri Ibu, Awal Mula Kehancuran Dunia
Opini
Islam mengajarkan bahwa seorang ibu harus mengemban tanggung jawab ini dengan penuh amanah dan integritas
______________________________
Penulis Ummu Qianna
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar tentang peran ibu sebagai pendidik utama dan pertama dalam kehidupan anak-anaknya. Idealnya, seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang, penuntun moral, dan pelindung utama bagi anak-anaknya.
Namun, apa yang terjadi ketika sosok ibu yang seharusnya menjadi teladan dan penjaga keutuhan moral justru terjerumus dalam tindakan kekejian yang luar biasa?
Dilansir dari kumparan.com, ada seorang ibu yang tega, secara sadar ia mengantarkan putrinya kepada seorang lelaki untuk dicabuli, dengan alasan penyucian diri. Kejadian kotor ini terus terjadi sampai 5 kali, bahkan aksi bejatnya dilakukan di berbagai tempat.
Kejadian ini diketahui setelah korban memberi tahu ayahnya. Usut punya usut, ibu korban merupakan selingkuhan dari tersangka, mereka berlindung dengan alasan penyucian diri padahal agar kasus perselingkuhannya tertutup rapat.
Situasi ini mengungkapkan kematian naluri keibuan yang sebenarnya, dan memperpanjang deretan potret buram mengenai kerusakan pribadi seorang ibu serta dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Ibu sebagai tonggak perubahan, sebagai kunci peradaban, karena dari seorang ibu-lah anak-anak mendapatkan pendidikan. Bahkan kehancuran dunia bisa terjadi ketika kaum ibu hancur terlebih dahulu. Kehancuran yang terjadi bukan hanya kehancuran pada keimanan belaka, melainkan masalah besar yaitu masalah sistemis.
Kejadian seperti ini tidak hanya menggambarkan kerusakan pada level individu, tetapi juga menunjukkan adanya masalah sistemis yang lebih mendalam. Fenomena tersebut mencerminkan kegagalan sistem yang diterapkan, terutama dalam konteks sistem pendidikan dan sistem sanksi yang seharusnya melindungi dan mendidik.
Ketika sistem yang ada tidak mampu mencegah atau menangani tindakan-tindakan kekejian seperti ini, maka jelas bahwa ada kekurangan mendasar yang perlu diperbaiki.
Kita sebagai seorang muslim, haruslah berpegang pada ajaran Allah Swt., di mana pun dan kapan pun berada. Nyatanya hari ini kehidupan kita dipisahkan dengan aturan-aturan Islam, aturan Islam seolah berlaku hanya urusan peribadatan mahdah saja.
Dalam ajaran Islam, peran dan fungsi ibu sangat jelas ditetapkan. Ibu bukan hanya sebagai pendidik yang pertama, tetapi juga sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Islam mengajarkan bahwa seorang ibu harus mengemban tanggung jawab ini dengan penuh amanah dan integritas, menjaga dan mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang, serta nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran agama.
Islam juga menyediakan sistem pendukung yang komprehensif untuk ibu. Termasuk dukungan di tempat kerja yang memungkinkan ibu menjalankan peran sebagai pendidik dan penjaga rumah tangga dengan lebih efektif. Sistem ini dirancang untuk membantu ibu dalam mengelola tanggung jawabnya tanpa harus mengorbankan kualitas pendidikan dan perawatan yang diberikan kepada anak.
Keberhasilan sistem Islam dalam membentuk masyarakat yang baik tampak dari penerapan sistem pendidikan yang berfokus pada pembentukan kepribadian islami. Selain itu, sistem sanksi yang adil dan sistem lainnya juga dirancang untuk menjaga setiap individu dalam keadaan baik, taat, dan mendapatkan keberkahan dari Allah.
Dengan pendekatan ini, setiap aspek kehidupan diatur sedemikian rupa untuk memastikan bahwa nilai-nilai moral dan spiritual tetap terjaga.
Namun, ketika sistem yang ada gagal berfungsi sebagaimana mestinya, seperti dalam kasus kekejian yang dilakukan oleh seorang ibu. Hal ini mengindikasikan adanya cacat serius dalam penerapan sistem tersebut. Islam juga menekankan tanggung jawab negara untuk menjaga fitrah manusia, termasuk peran ibu dan anak-anak.
Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa sistem perlindungan dan pendidikan berfungsi dengan baik, melindungi setiap individu dari kekerasan, dan menjaga kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah dan institusi terkait, diharapkan keadilan dan perlindungan dapat terwujud dengan lebih efektif. Tentunya ini bisa terealisasi ketika aturan Islam diberlakukan secara menyeluruh dan universal. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]