Aktivasi Sumur Idle, Gagal Fokus Pengelolaan SDA
Opini
Sumur idle dianggap sebagai salah satu cara untuk mendongkrak produksi energi
Langkah ini justru menunjukkan kegagalan dalam pengelolaan SDA
______________________________
Penulis Hanny N
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dilansir dari laman CNBC Indonesia, 26 Agustus 2024, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berencana merevitalisasi sumur minyak yang saat ini menganggur alias tidak aktif atau idle. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam menggenjot produksi minyak nasional.
Dalam beberapa waktu terakhir, kebijakan aktivasi sumur idle untuk meningkatkan produksi migas menjadi sorotan. Kebijakan ini diusung oleh beberapa pejabat dan industri migas, terlihat menjanjikan dalam jangka pendek. Namun, ketika kita melihatnya lebih dalam, langkah ini sebenarnya mencerminkan kegagalan fokus dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) secara strategis dan bijaksana.
Pertama-tama, kebijakan semacam ini sering kali hanya didorong oleh motif ekonomi jangka pendek, di mana pejabat yang terlibat terlihat hanya memikirkan keuntungan instan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Pejabat ‘asal dapat keuntungan’ ini sebenarnya menggambarkan kualitas buruk pengelolaan yang didorong oleh kepentingan politik dan ekonomi yang dangkal. Padahal, tugas mereka seharusnya adalah merumuskan kebijakan yang mampu memanfaatkan SDA dengan sebaik-baiknya demi kepentingan rakyat banyak, bukan untuk keuntungan segelintir orang.
Sumur idle atau sumur yang sudah tidak aktif memproduksi tetapi masih memiliki potensi sumber daya, dianggap sebagai salah satu cara untuk mendongkrak produksi energi. Namun jika kita telaah lebih dalam, langkah ini justru menunjukkan kegagalan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) secara berkelanjutan dan komprehensif.
Aktivasi sumur idle mungkin terlihat sebagai solusi instan untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas (migas). Pemerintah dan industri beralasan bahwa reaktivasi sumur ini dapat memaksimalkan cadangan yang tersisa tanpa harus membuka area baru atau melakukan eksplorasi yang lebih mahal. Di satu sisi, hal ini tampak menguntungkan secara ekonomi, tetapi di sisi lain, kita harus bertanya, apakah langkah ini benar-benar efektif dalam jangka panjang?
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, seharusnya memiliki kebijakan pengelolaan yang lebih strategis. SDA yang besar ini bukan sekadar aset ekonomi, tetapi juga amanah yang harus dikelola dengan bijak.
Sayangnya dalam konteks aktivasi sumur idle, fokus pejabat tampaknya terlalu terkecoh oleh banyak suara yang mendorong eksploitasi migas secara instan. Kebijakan yang berpikiran pendek semacam ini hanya akan membawa kerugian bagi bangsa dalam jangka panjang, khususnya dalam hal keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.
Pengelolaan SDA dalam Sistem Islam
Dalam konteks Islam, pengelolaan SDA bukan hanya sekadar persoalan ekonomi, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual. Sistem Islam memiliki konsep kepemilikan dan mekanisme pengelolaan SDA yang jelas, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Dalam sistem ini, SDA seperti minyak dan gas bumi dianggap sebagai kepemilikan umum yang tidak boleh dikuasai oleh individu atau korporasi tertentu, melainkan harus dikelola oleh negara untuk kesejahteraan seluruh rakyat.
Sistem Islam juga menekankan bahwa setiap keputusan dalam pengelolaan SDA harus dipandu oleh prinsip keadilan dan keberlanjutan. SDA harus dikelola dengan cara yang tidak merugikan lingkungan, dan hasilnya harus didistribusikan untuk kepentingan umum, bukan hanya segelintir elite.
Kebijakan ini berlandaskan pada ajaran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi adalah ciptaan Allah, dan manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban untuk menjaganya, bukan mengeksploitasinya secara serampangan.
Kesejahteraan dan Keberkahan untuk Semua
Jika kebijakan pengelolaan SDA didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Selain mampu menciptakan kesejahteraan material bagi seluruh rakyat, pengelolaan yang sesuai dengan syariat juga akan membawa keberkahan dari Allah Swt.. Kesejahteraan yang dimaksud tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga mencakup kelestarian lingkungan, harmoni sosial, serta kemakmuran spiritual.
Sayangnya, kebijakan aktivasi sumur idle yang ada saat ini tidak mencerminkan visi besar semacam itu. Pejabat yang seharusnya berpikir strategis dan memimpin pengelolaan SDA dengan pandangan jangka panjang, justru terlalu terfokus pada kepentingan sesaat yang tidak membawa manfaat besar bagi bangsa.
Kesimpulan
Sudah saatnya kita berhenti terjebak dalam kebijakan jangka pendek yang tidak berkelanjutan seperti aktivasi sumur idle. Pejabat dan pemimpin harus berpikir lebih strategis dalam mengelola SDA agar membawa kesejahteraan yang berkelanjutan dan keberkahan bagi seluruh rakyat.
Sistem Islam memberikan panduan yang jelas dalam pengelolaan SDA, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan material, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual dan moral. Dengan mengikuti panduan ini, pengelolaan SDA akan menjadi berkah bagi seluruh bangsa dan tidak hanya menguntungkan segelintir elite. Wallahualam bissawab. [AS-DW/MKC]