Alt Title

Pesatnya Bunuh diri Buah dari Kesehatan Mental

Pesatnya Bunuh diri Buah dari Kesehatan Mental

 


Banyak hal yang melatarbelakangi seseorang nekat bunuh diri

Faktor terbanyak salah satunya depresi karena problem kehidupan yang kian menekan

___________________


Penulis Lia Haryati, S.Pd.I

Kontributor Media Kuntum Cahaya, Pengemban Dakwah Ideologis, dan Pendidik


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Seakan sudah menjadi tren, bunuh diri meningkat pesat di Indonesia. Seperti kasus yang dilakukan oleh satu orang keluarga, sebagai tanda penghormatan terdapat empat buket bunga yang terlihat di Apartemen Teluk Intan, tempat di mana empat anggota keluarga lompat dari lantai.


Di sana ada empat buket bunga yang ditaruh di dalam area, yang sudah dibatasi garis kuning oleh polisi. Area itu diduga tempat jatuhnya ke empat anggota keluarga berinisial EA (51), AIL, JWA (13), dan JL (18). Selain itu, aspal juga dialasi dengan kantung plastik berwarna hitam. Minggu (Kompas.com 10/3/2024).


Bulan lalu seorang mahasiswa asal Langkat, Sumatera Utara, ditemukan tergantung di dalam kamar kos, di Gampong Teungoh, Kecamatan Langsa Kota. Korban berinisial MF dan berusia 18 tahun, seorang mahasiswa tingkat pertama di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Kota Langsa itu berani mengakhiri hidupnya. Data dihimpun pada sabtu (Serambinews.com 24/2/24)


Banyaknya kasus bunuh diri baik di kalangan mahasiswa maupun keluarga menyita perhatian publik. Di mana, angka bunuh diri makim bertambah dan meningkat secara signifikan. Menurut data WHO 2019, rasio bunuh diri di Indonesia sebesar 2,4 per 100.000 penduduk. Artinya, ada 2 orang dari 100.000 jiwa di Indonesia yang telah melakukan bunuh diri pada tahun 2023. Jika di asumsikan jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, diperkirakan terdapat 6.480 kasus bunuh diri pada tahun tersebut.


Jumlah ini tentu memprihatikan terlebih bagi masa depan generasi. Apa jadinya generasi jika masa depan bermental rapuh dan berakhir dengan bunuh diri sebagai solusinya. Banyak hal yang melatarbelakangi seseorang nekat bunuh diri. Faktor terbanyak salah satunya depresi karena problem kehidupan yang kian menekan. Inilah kenyataan yang terjadi di masyarakat, terlebih para pemuda yang melakukan bunuh diri. Mereka menganggap dengan mengambil jalan pintas seperti bunuh diri bagian dari selesainya masalah hidup.


Sudah pasti mereka menyerah dalam menghadapi problem kehidupan saat ini. Wajar, jika sikap putus asa, hopeless, stres, hingga depresi, menjangkit tubuh mereka. Inilah mental lemah yang menggerogoti tubuh mereka. Jalan pintas dengan bunuh diri dianggap sebagai solusi, karena beban masalah dan mental akan terlepas juga berakhir jika jalan itu yang dipilih. 


Mengapa kasus bunuh diri marak seakan menjadi tren? Karena, penerapan sistem sekuler kapitalisme yang gagal mewujudkan manusia kuat dan tangguh. Sistem tersebut  menyampingkan tiga pilar pembentuk manusia terutama generasi.


Peran dari keluarga. Di mana, masyarakat atau generasi yang memiliki mental rapuh kebanyakan dialami oleh mereka yang lahir dan besar di lingkungan keluarga broken home, fatherless, motherless, atau hidup berjauhan dengan orang tua. Bahkan hal ini, ramai diperbincangkan terkait Indonesia masuk dalam nominasi tersebut. Kurang hadirnya peran orang tua, keberadaan mereka seperti tidak ada. Terciptalah masyarakat dan generasi yang tidak merasakan peran dan kehadiran ayah terlebih ibunya, baik secara fisik maupun psikis.


Peran dari sekolah yang jelas membentuk masyarkat terlebih generasi. Di mana, kurikulum pendidikan yang berlaku hari ini adalah kurikulum sekuler yang memisahkan manusia dari aturan Allah Ta'ala. Hal yang lumrah, jika generasi terdidik dengan cara pandang kapitalisme sekularisme. Dimana, kebahagiaan hidup dunia menjadi standar tertinggi dalam meraih impian sebanyak-banyaknya, hanya berorentasi pada materi dan kesenangan duniawi. Ketika mereka gagal meraihnya, yang didapat depresi. Maka, hal yang tidak terhindarkan kasus bunuh diri tersebut. Belum lagi standar perbuatan mereka tidak lagi berpegang pada syariat Islam tanpa memandang halal-haram. Inilah sifat asli Kapitalis sekuler yang membentuk masyarakat dan generasi yang individualis kapitalistik.


Tidak adanya, peran negara. Di masyarakat terutama para pemuda mereka adalah salah satu bagian yang paling mudah mendapatkan masalah besar. Hal yang harus diperhatikan dari kasus bunuh diri ialah terjadinya copypaste. Dibmana, tindakan bunuh diri ini di latarbelakangi ingin mengikuti kasus bunuh diri yang pernah dilihatnya. Seperti, kasus puluhan pelajar SMP di Bengkulu yang melukai lengan kirinya dengan benda tajam. Info yang didapat, mereka melakukan itu karena ingin mengikuti tren di media sosial. Masyarkat dan generasi saat ini mengalami krisis identitas sebagai muslim, hingga mereka tak mampu menyaring mana perbuatan yang patut dijadikan panutan dan perbuatan yang tidak patut dijadikan contoh.


Di era digital ini, internet telah menjadi sumber tercepat. Termudah untuk mendapatkan info apapun yang menampilkan gambar atau video yang tidak pantas salah satunya bunuh diri dan masalah kesehatan mental. Artinya, media punya peran besar yang signifikan dalam menciptakan lingkungan kondusif untuk pertumbuhan kesehatan jiwa setiap masyarakat atau generasi.


Tentu ini membutuhkan peran besar dari negara dalam melakukan kontrol dan pengawasan terhadap media baik menyebarkan informasi maupun tontonan. Di mana, negara mengedukasi hingga lahirlah iman dan takwa sampai menuntun mereka pada ketaatan hakiki, bukan hanya mengarah pada kemaksiatan.


Tidak sedikit, masyarakat dan generasi muda banyak meniru gaya hidup sekuler liberal lewat siaran yang mereka tonton setiap hari. Tanpa ada filter yang benar dari negara. Hal yang wajar peran negara mandul untuk dapat bersikap tegas baik dalam penayangan film atau tayangan bernuansa sekuler liberal.


Dalam kapitalis sekuler, peran negara hanya sebatas membatasi akses konten saja. Namun akar dari masalahnya, yaitu pemikiran maupun gaya hidup kapitalisme sekuler, tidak bisa dimungkiri. Semua ini akibat dari gempuran pemikiran inilah masyarakat dan generasi yang memiliki mental dan kepribadian rapuh juga lemah. Wajar, jika mereka disuguhi dengan kesenangan dunia saja, hingga lupa cara menjalani hidup dalam menyelesaikan masalah dengan cara pandang Islam.


Mekanisme Islam Mencegah Bunuh Diri 


Masalah yang dihadapi hingga berbuntut bunuh diri, tentunya pengaruh dari aturan buruk yang sistemis. Agar masalah dapat diselesaikan harus diberlakukan aturan baik yang sistemis. Dalam Islam ada solusi akan persoalan hidup. Karena, manusia memang tidak lepas dari masalah dan mustahil ada masalah jika tak ada solusinya.


Pertama, perlu menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anak. Dengan menancapkan akidah Islam yang kuat, anak perlu dipahamkan visi dan misi di dalam hidupnya. Bahwa ia sebagai hamba Allah Taala, wajib beribadah kepada-Nya dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Prinsip ini harus dipahamkan kepada seluruh keluarga muslim sebab orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Negara akan membina dan mengedukasi para orang tua agar menjalankan fungsi pendidikan serta pengasuhan sesuai akidah Islam.


Kedua, penting untuk diterapkannya kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Sejarah mencatat Islam pernah membuktikan dengan menjalankan kurikulum pendidikan berbasis Islam mampu mencetak generasi kuat imannya, tangguh mentalnya, lalu cerdas akalnya. Negara turut mengarahkan agar diterapkannya pendidikan yang bertujuan untuk membentuk syahksiah Islam. Baik masyarakat maupun generasi harus ditanamkan pola pikir dan pola sikap Islam. Agar, mereka memiliki bekal untuk menjalankan kehidupan, dapat mengatasi problem hidup yang menghalangi mereka tanpa memilih bunuh diri.


Ketiga, perlu adanya peran ibu dalam menjalankan kewajibannya dengan maksimal. Sebab, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kaum ibu dalam sistem Islam akan diberdayakan sebagai ibu generasi peradaban. Bukan sebagai mesin ekonomi seperti halnya dalam sistem kapitalisme saat ini. Yang justru memalingkan peran ibu pada persoalan ekonomi dan kesejahteraan. 


Negara akan menerapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki. Maka, peran ayah dan ibu dalam keluarga dapat berjalan maksimal sesuai dengan pemenuhan kebutuhan utama yang dijamin negara. Penerapan sistem Islam kafah yang sempurna akan mencetak individu bertakwa, masyarakat yang ringan dalam berdakwah, dan negara yang benar-benar meriayah. Insyaallah, masalah bunuh diri akan terselesaikan sebab setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba Allah ta'ala dan menjadikan Islam betul-betul sebagai the way of life


Ketika aturan Islam diterapkan dalam kehidupan, tidak akan ada masyarakat atau generasi yang sakit mentalnya, mudah menyerah, atau gampang putus asa. Mereka akan tumbuh menjadi generasi terbaik,  yang memiliki mental sekuat baja dan kepribadian setangguh para sahabat di masa Islam memimpin dunia.  Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala;

Artinya: "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS. Al-Maidah : 50). 

Waallahualam bissawab. [Dara]