Alt Title

Generasi Tangguh

Generasi Tangguh

 


Jika ingin melahirkan generasi yang tangguh, tentu dibutuhkan kerja sama dan kontribusi dari banyak pihak

Seperti dukungan keluarga, lingkungan pertemanan, masyarakat dan negara

______________________________


Penulis Laesih 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Generasi mager atau generasi rebahan adalah istilah yang disematkan pada generasi muda saat ini. Untuk menggambarkan kondisi mereka yang fragile, layaknya gelas kaca, jika disenggol sedikit pecah berantakan. Itulah yang terjadi saat ini, generasi muda sangat lemah dan rapuh.


Tidak sedikit dari mereka yang mengakhiri hidupnya bila terkena masalah. Sebagaimana diungkapkan KPAI di kompas.id (24/01/2024), sepanjang 2022 ditemukan 46 kasus anak bunuh diri. Terkadang penyebabnya persoalan sepele. Di Pekalongan, Kendari, Buton, anak bunuh diri karena ditegur main hp, ada juga karena putus cinta dengan kekasihnya.


Kondisi seperti ini akan mengganggu produktivitas dan mengancam masa depan. Tentunya hal ini tidak bisa diabaikan.


Jika dibiarkan potensi mereka tidak akan terasah dan mudah menyerah jika menghadapi persoalan. Alhasil mereka akan menjadi generasi pembebek, yg akan menjadi objek dan dimanfaatkan seseorang untuk kepentingan tertentu.

 

Sering marah-marah, terlihat bingung, banyak kekhawatiran, sulit berkonsentrasi, merasa tidak berdaya, cenderung menarik diri, dari lingkungan sosial sampai pada tingkat menyakiti diri sendiri dan muncul keinginan bunuh diri adalah ciri umum dari rapuhnya generasi saat ini yang terkena gangguan kesehatan mental (mental illness).


Secara fisik, penderita gangguan mental tidak seperti orang gila, terkadang tampak baik-baik saja meski ada masalah.


Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar. Sederhananya, individu tersebut mampu mengendalikan diri, menyikapi berbagai peristiwa agar tetap menjalankan fungsi dalam berbagai perannya.


Dikutip dari laman katadata.co.id (27/10/2022), hasil survei menunjukkan bahwa satu dari dua masyarakat terkena gangguan kesehatan mental, dan ini sudah mencapai 52 persen. Sehingga wajar jika di Indonesia kasus bunuh diri meningkat.


Menurut Prof. Irma Melyani Puspitasari, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung, memperkirakan dibutuhkan biaya Rp87,5 triliun dalam setahun untuk pengobatannya. Ini hanya untuk prevalensi gangguan yang mencakup skizofrenia, bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan. Tentu semua ini membutuhkan biaya yang sangat besar, selain mengurangi produktivitas anak.


Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya agar memiliki fisik sehat dan juga kuat. Menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah putus asa. Siap jatuh bangun mengasah potensi agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.


Hal ini tercantum dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 9 untuk tidak meninggalkan generasi lemah.


Dalam hadis Rasul saw. bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza Wa Jalla daripada mukmin yang lemah."


Jika ingin melahirkan generasi yang tangguh, tentu dibutuhkan kerja sama dan kontribusi dari banyak pihak. Seperti dukungan keluarga, lingkungan pertemanan, masyarakat dan negara. Meski orang tua berikhtiar, tetapi jika negara tidak ikut berperan maka pendidikan di rumah akan kacau. Karena kebijakan negara bisa secara masif menggerus mental generasi muda.


Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, seyogianya mengambil panduan dari wahyu Allah dalam hal pembangunan sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak negara. Melalui konsep negara yang Kamil dan Syamil, Islam memiliki petunjuk dan dipraktikkan oleh Rasul dalam membina generasi muda.


Sehingga lahir generasi muda yang tangguh seperti Ali bin Abi Thalib, Al Arkam bin Abil Arqam, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Mushab bin Umair dan sederet pemuda lainya yang menjadi pendukung dakwah Rasullullah.


Generasi tangguh ini pun yang turut berperan dan menjadi fondasi awal dalam pembentukan Daulah di Madinah. Wallahualam bissawab. [SJ]