Alt Title

Karakteristik Dunia

Karakteristik Dunia

Dunia dipenuhi perhiasan yang sering menjadikan objek kebanggaan dan bermegah-megah

Ustaz mencontohkan bahwa manusia kerap membangga-banggakan al-maal wal banuun, harta dan anak-anak yang dimiliki

_________________________________


Ustaz Edih Herdiana, S.E.

Asatiz Kab. Bandung



KUNTUMCAHAYA.com, REPORTASE, Road to MAJELIS TAKLIM - Agenda Majelis Taklim ibu-ibu di RW 29 Cimekar Cileunyi Kabupaten Bandung pada 16 Desember 2023 diisi dengan taklim berjudul Karakteristik Dunia. Duduk sebagai pemateri Ustaz Edih Herdiana, S.E., salah satu alim ulama dari wilayah Cileunyi Kabupaten Bandung. 


Ustaz mengawali kajian dengan menerangkan makna dari karakteristik atau karakter itu adalah ciri. "Contohnya gula. Karakteristik gula itu manis," ujarnya. Maka dunia jika dikaji dari sisi karakteristik setidaknya terdapat 5. 


Pertama, kenikmatan dunia itu sedikit. Beliau mengutip sabda Rasulullah saw., “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim No. 2868)


"Satu saat, ketika siang hari nan terik, kita diberi segelas es cendol, apa rasanya? Nikmat, ya?" 


"Tapi jika sesudahnya kita diberi es cendol 1 drum besar, apa masih nikmat? Tentu sudah tidak nikmat lagi, ya. Kenapa? Karena sudah berlebihan, melebihi apa yang kita butuhkan," paparnya. 


Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan rumusnya adalah qanaah, merasa cukup dengan apa yang ada. Dengan rezeki yang Allah berikan. 


Kedua, betapa kehidupan dunia itu sebentar adanya.


Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Mukminun ayat 112-114 yang artinya, "Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.' Dia (Allah) berfirman, 'Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui'."


Maka kehidupan dunia itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan akhirat yang kekal abadi. Tidak semestinya seseorang sombong dengan kehidupan yang sangat singkat ini. 


Ustaz pun menjelaskan bahwa kita tidak sepantasnya untuk berkeluh kesah, wajib sabar menjalani kehidupan, karena ia tak kan lama. 


Ketiga, "Addunya laaibun wa lahwun, dunia itu ibarat permainan  dan senda gurau yang melalaikan," ungkapnya. Kadang ada orang yang merasa kehidupannya menjemukan. Mulai dari bangun tidur, beraktivitas dari pagi hingga malam, lalu tidur kembali, begitu seterusnya. "Esoknya, beraktivitas seperti itu lagi dan lagi," tambahnya. Itu tentu membuat bosan bagi siapapun yang menjalaninya. 


Karenanya para ulama di masa lalu mencontohkan aktivitas tafakur, dalam rangka merenungi kehidupan yang telah dilakukan. Dan kita tentu sebaiknya menyiapkan jadwal khusus dalam bertafakur agar diri menyadari terkait kejadian-kejadian yang telah dilewati. Adakah maksiat yang dikerjakan? Seberapa taat kita kepada Allah? Dan seterusnya. 


Keempat, dunia dipenuhi perhiasan yang sering menjadikan objek kebanggaan dan bermegah-megah. Ustaz mencontohkan bahwa manusia kerap membangga-banggakan al-maal wal banuun, harta dan anak-anak yang dimiliki. 


Hari ini betapa banyak orang-orang yang terpapar penyakit hedonisme, budaya pamer harta yang melenakan. Hal ini menjadikan sombong bagi yang memiliki dan terus merasa kekurangan bagi yang lainnya. 


Padahal Allah menjanjikan betapa setiap manusia bahkan binatang melata pun diberikan rezekinya (Al-Qur'an surah Hud ayat 6). Dan atas mereka yang dititipi harta tak seharusnya berlebihan dan bermegah-megahan dari apa yang dibutuhkan.


Kelima, "Dunia itu ujian." 


Kita wajib siap untuk diuji oleh Allah Swt.. Jika dirasa lelah menjalani kehidupan, sesungguhnya dunia itu memang tempatnya bekerja, dalam rangka ibadah dan taat pada Sang Pencipta. Adapun akhirat saatnya panen.


Suasana taklim para muslimah demikian khusyuk dan berjalan lancar dari awal hingga akhir. Kajian pun dipungkas dengan doa.  [MKC /By]