Alt Title

Perempuan Lompat dari Lantai 2 UPTD, Fakta Kerusakan Mental dalam Sistem Sekuler

Perempuan Lompat dari Lantai 2 UPTD, Fakta Kerusakan Mental dalam Sistem Sekuler

 


Seorang perempuan dibebankan dengan masalah perekonomian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tekanan kehidupan ekonomi yang makin sulit. Serta sulitnya para suami mencari nafkah memicu mental para ibu

Ditambah negara abai terhadap kebutuhan dan kesejahteraan rakyatnya. Sehingga, banyak ditemukan kasus bunuh diri yang sering terjadi akibat sulitnya perekonomian dan beban hidup. Membuat manusia senantiasa berpikir pragmatis dan mencari solusi praktis atas problem yang ada, selalu bertindak responsif mengikuti nalurinya serta memiliki pemikiran yang komprehensif


____________________


Penulis Siti Mukaromah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kembali publik dikejutkan dengan adanya kasus seorang perempuan lompat dari lantai 2 UPTD Pasar Manis Ciamis. Dikutip dari harapanrakyat[dot]com. (15/10/2023), perempuan lompat dari lantai 2 UPTD pasar Ciamis, diduga ngutil. Saat ini kondisi korban dalam perawatan medis di RSUD Ciamis. Dodi Ketua HPPC Ciamis mengatakan, perempuan itu awalnya membeli kecap dan lainnya di salah satu kios Pasar Manis Ciamis.


Ada 3 barang dagangan lagi yang tidak dibayar tapi malah dimasukkan ke kantong milik perempuan tersebut. Namun, hal tersebut diketahui oleh pedagang kios tersebut. Oleh perempuan itu barang langsung dikeluarkan dengan cara dilempar. Lalu, dia lari karena ada warga yang mengejarnya. Karena takut menjadi sasaran amukan massa, perempuan itu lalu diamankan oleh pedagang. Perempuan tersebut juga dibawa ke Pos kantor UPTD Pasar Ciamis.


Jika kita telusuri masalah percobaan bunuh diri adalah masalah psikis. Kondisi psikis seseorang bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Kondisi sosial yang tidak sehat akan mempengaruhi kesehatan mental. Sulitnya perekonomian, jauhnya pemahaman dan nilai-nilai aturan agama. Support sosok seorang perempuan menjalankan perannya sebagai pencetak generasi dan cara pandang yang salah membuat manusia hilang pegangan. 


Sangat wajar, saat ini kita hidup dalam sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Standart hidup yang berorientasi pada kehidupan duniawi semata, menuntun pemahaman ini. Oleh karenanya, jika pemahaman ini membentuk arah pandang manusia saat ini sangat wajar. Syariat Islam tidak dihadirkan dalam menjalankan kehidupan.


Dalam pergaulan, baik di keluarga, komunitas terdekat, atau masyarakat umum banyak yang mengabaikan aturan Allah. Padahal, aturan Allah Swt. akan memenangkan manusia dalam kondisi apapun. Wajar, jika kita mudah menemukan hak laki-laki sebagai seorang pemimpin keluarga yang seharusnya memberikan dan menafkahi istri tidak di dapatkan dalam sistem sekuler kapitalisme ini. 


Sehingga seorang perempuan dibebankan dengan masalah perekonomian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tekanan kehidupan ekonomi yang makin sulit. Serta sulitnya para suami mencari nafkah memicu mental para ibu. Ditambah negara abai terhadap kebutuhan dan kesejahteraan rakyatnya. Sehingga, banyak ditemukan kasus bunuh diri yang sering terjadi akibat sulitnya perekonomian dan beban hidup. Membuat manusia senantiasa berpikir pragmatis dan mencari solusi praktis atas problem yang ada, selalu bertindak responsif mengikuti nalurinya serta memiliki pemikiran yang komprehensif.


Bagi seorang muslim, imunitasnya terbentuk dari keimanan yang kokoh. Ketika seorang muslim memahami tujuan hidupnya bahwa kelak ia akan kembali kepada Sang Pencipta. Ia akan menyadari dan mampu mengelola rasa dan pikirannya.


Sebagaimana pesan Rasulullah saw. bahwa seorang muslim itu penuh dengan kebaikan. Seorang muslim akan selalu bersyukur saat mendapatkan kesenangan. Sebaliknya ia akan bersabar ketika menerima ujian-Nya. Jangan harap, wanita yang sangat awam dengan ilmu agama memiliki sifat islami. Oleh karenanya, lahirlah generasi-generasi liberal yang akan menjunjung kebebasan.


Negara dalam naungan sistem Islam berperan penting dalam memenuhi semua kebutuhan pokok umatnya. Seperti sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, keamanan, lapangan pekerjaan, dan memberikan keadilan tanpa memandang siapapun warganya. Sehingga, tidak dijumpai masyarakat yang depresi, mencuri demi kebutuhan hidupnya apalagi sampai nekat mengakhiri hidupnya akibat himpitan ekonomi.


Selama 1300 tahun sistem Islam menguasai 2/3 dunia telah berhasil mencetak perempuan dan sosok ibu hebat. Kesabaran ibu para shahabiyah dalam menyiapkan anaknya menjadi mujahid dan kesabarannya mendidik anak-anaknya menjadi para ulama terkemuka.


Pemimpin di dalam sistem Islam sangat berperan penting menyiapkan generasi. Membangun pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan syakhsiyah Islam. Syekh Atha' Khalil Ar-Rusytah di dalam kitab "Dasar-dasar Pendidikan Negara Khilafah" menerangkan bahwa negara khilafah secara khusus menyediakan mata pelajaran ke rumah tangga anak, mendidik perempuan untuk siap menjadi seorang ibu.


Pemimpin atau khalifah memiliki tanggung jawab kepada warganya berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Negara dalam khilafah juga mengedukasi masyarakat dan memastikan sistem sosial berlangsung dengan baik. Menciptakan kondisi sehat dan memperhatikan aspek interaksi sosial secara rinci.


Rasulullah saw. bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya" diriwayatkan Abdullah bin 'Amru dalam shahih Bukhari. Makna hadis tersebut jelas bahwa seorang muslim harus berupaya menjaga lisan agar tidak berkata sia-sia kepada sesama serta menjaga hak orang lain dengan tidak mengambil milik orang lain tanpa izin.


Negara juga mengontrol sirkulasi informasi yang sehat agar tidak ada tontonan yang bisa dapat merusak keimanan. Negara memastikan pentingnya ilmu harus dipahami setiap orang. Baik posisinya sebagai anak atau orang tua untuk mewujudkan generasi yang sehat. Oleh karenanya, ilmu yang sesuai tuntunan syariat sangat penting dalam menjalankan nahkoda rumah tangga.


Wallahualam bissawab [Dara]