Alt Title

SUDAH LAYAKKAH NEGARA MENJADI RUMAH PERLINDUNGAN BAGI KESEHATAN DAN KEAMANAN PANGAN ANAK

SUDAH LAYAKKAH NEGARA MENJADI RUMAH PERLINDUNGAN BAGI KESEHATAN DAN KEAMANAN PANGAN ANAK


Ribuan Anak Terdeteksi Mengidap Diabetes Melitus Type 1


Disinyalir Banyaknya Anak Terserang DM Dikarenakan Pola Makan Tak Sehat Tersebab Kemiskinan Sistemik dan Minimnya Peran Negara dalam Urusan Pangan Sehat bagi Rakyat 


Penulis : Leihana

(Ibu Pemerhati Umat)


kuntumcahaya.blogspot.com - "Ramah anak", "Layak Anak" adalah jargon-jargon yang disematkan dan diupayakan dalam program-program pemerintah untuk mewujudkan lingkungan yang aman untuk anak di Tanah Air. Namun, belum ada perhatian serius terhadap kualitas pangan dan kesehatan anak dari pemerintah padahal kondisinya semakin memburuk. Seperti peningkatan kasus anak mengidap diabetes melitus tipe satu yang meningkat saat ini diduga akibat konsumsi pangan yang buruk. 


Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa 1.645 anak di Indonesia mengidap diabetes mellitus. Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muhammad Faizi jumlah anak yang mengidap diabates melitus di Indonesia meningkat sebanyak 70 kali lipat. sejak kurun 2010–2023.(liputan6[dot]com, 2 Februari 2023)


Menurut Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan pola makan sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes melitus pada anak tersebut. Tingginya konsumsi junk food dan kualitas makanan yang dikonsumsi anak itu buruk menyebabkan anak mudah kenyang, tetapi juga cepat lapar sehingga anak terus memproduksi insulin dan pada akhirnya terjadi kerusakan pada pankreas anak dan tidak dapat memproduiksi insulin kembali. (cbcindonesia[dot]com, 3 Februari 2023)


Tindakan pemerintah pun belum menyentuh akar permasalahan yaitu kualitas pangan yang dikonsumsi anak. Penanganan pemeritah baru sebatas pendeteksian lebih dini dengan tes diabetes kepada anak. Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI) Pengurus Cabang Sumatra Utara, Destanul Aulia, mendorong pemerintah harus melakukan pemeriksaan secara massal terhadap anak dan remaja untuk menemukan kasus diabetes melitus. (voaindonesia[dot]com, 2 Februari 2023) 


Peningkatan jumlah penderita diabetes pada anak hingga 70 kali lipat disinyalir efek dari konsumsi makanan yang tidak sehat. hal ini terjadi karena di sistem Kapitalisme anak adalah komoditi bisnis yang sangat menjanjikan, karena konsumen dari kalangan orang dewasa yaitu orang tua rela mengorbankan kebutuhan dirinya asalkan keinginan anaknya terpenuhi. Sehingga anak menjadi ladang bisnis yang digarap oleh para pengusaha tanpa memperhatikan batas keamanan dan kesehatan bagi anak. 

 

Terlebih lagi negara yang seharusnya menjadi rumah tempat berlindung bagi rakyat, khususnya anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus justru abai dalam mewujudkan keamanan pangan bagi rakyatnya. Jelas dalam sistem Kapitalisme yang memprioritaskan kebebasan individu khususnya para kapitalis, negara pun lebih berpihak terhadap para pengusaha daripada rakyatnya. Selain itu kasus ini juga menunjukkan rakyat belum memiliki pola makan sehat. Tingginya kemiskinan juga makin menambah besarnya kesalahan dalam pola makan. Keterbatasan ekonomi dan daya beli membuat rakyat kecil terpaksa berpaling dari konsumsi pangan sehat dan berkualitas. Dikarenakan makanan junk food seperti mi instan jauh lebih terjangkau daripada harus memasak panganan yang sehat dan bergizi. 


Di sisi lain, terbatasnya modal karena kemiskinan membuat para pedagang menggunakan bahan yang murah meski berbahaya, dalam berdagang. Keserakahan manusia ini juga mengakibatkan industri makanan abai terhadap syarat kesehatan demi mendapatkan keuntungan yang besar.


Berbeda dengan ajaran Islam yang menentukan makanan untuk dikonsumsi harus halal dan thayib. Sebagaimana perintah dalam Al-Qur'an, "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi .…” (QS. Al-Baqarah: 168)


Oleh karena itu, negara  Islam memberikan jaminan perlindungan atas terpenuhinya kebutuhan makanan yang halal dan thayib bagi rakyatnya. Negara juga secara langsung mengontrol kualitas pangan yang dijual di pasaran. Sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw. melakukan operasi pasar dan memeriksa kualitas kurma yang dijual oleh pedagang, agar para pedagang berbuat jujur dalam muamalah dengan menyimpan kurma yang kurang berkualitas di bagian atas sehingga pembeli tidak tertipu atau terzalimi. 


Untuk menuntaskan permasalahan kesehatan dan keamanan pangan pada anak ini tidak ada jalan lain selain mengganti sistem Kapitalisme yang saat ini diterapkan dengan sistem Islam kafah yang diterapkan dalam institusi negara. Sehingga negara mampu menjadi rumah perlindungan yang aman dalam menjaga kesehatan dan pangan anak. Wallahualam bissawab.